Oleh : Ummu Rabani
(Muslimah Pendamping Generasi Qurani)
Innalillahi wa innailaihi roji’un.
Di saat kaum ibu di Palestina berjuang untuk melindungi buah hati mereka dari genosida, yang terjadi di tanah air justru sebaliknya.
Kasus pembuatan video vulgar bersama anak kandung semakin marak akhir-akhir ini. Sejauh ini, total ada dua ibu muda yang ditetapkan sebagai tersangka. Adapun, mereka adalah AK (26) dan R (22).
Telaah punya telaah, polisi menginterogasi kedua pelaku oknum ibu yang nihil keteladanan tersebut, motif melakukan tindakan keji tersebut karena diiming-imingi pundi-pundi (Liputan.com/11/2024).
Subhanallah, sosok ibu yang seharusnya memberikan perlindungan, pengajaran, pendidikan serta keteladanan yang terbaik kepada generasinya, justru jauh panggang dari api. Himpitan ekonomi, lemahnya iman, dan derasnya ajakan kemaksiatan telah menjerumuskan dua ibu mudah tersentuh kepada puasa tindakan asusila demi mendapatkan harta yang tidak jelas adanya.
Malu sudah pastinya, menangis histeris saat polisi menangkapnya. Namun, nasi telah menjadi bubur. Bagaimana kehidupan anak kandungnya setelah kejadian tak beradab tersebut, luput dalam pikirannya.
Si dalam pandangan Islam, seorang ibu memiliki setidaknya tiga fungsi, yaitu
(1) Pencetak generasi untuk menyiapkannya sebagai qurrota a’yun, maka menjalaninya haruslah ada pengokohan iman dan takwa kepada Allah Ta’ala.
(2) Ummu Madrasatul Uula, ibu harus berkemampuan mendidik anak-anaknya menjadi hamba Allah yang paham akan hakikat penciptaan hidupnya. Sehingga memainkan keilmuan menjadi kewajiban untuk dipenuhinya. Iya akan mengajari anaknya bagaimana menjadi hamba Allah Ta’ala yang taat, bukan justru mengajari maksiat.
(3) Ummu wa robatul bayt. Seorang ibu juga manajer di dalam rumah tangga. Iya berkewajiban memperhatikan kebutuhan anaknya, pendidikannya, kebahagiaannya. Tentu saja ditunjang dengan kecukupan dalam pemenuhan nafkah oleh suami.
Jika yang terjadi pada saat ini masih menyelisihi apa yang seharusnya dipenuhi dalam pandangan Islam, hal itu karena negara kita dijauhkan dari pemahaman Islam. Sehingga kaum ibu yang ada menjadi nihil pengetahuan, gagap perilaku karena terbawa arus kehidupan yang duniawi. Derasnya arus sistem kapitalisme sekularisme telah menggerus peran ibu.
Kaum ibu dipaksa untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dijadikan komoditas, tanpa hirau untuk memenuhi hakikat kewajibannya.