Generasi dibentuk menjadi orang-orang yang mahir dalam bidang tertentu, fokus pada pencapaian akademik, materialistis, pragmatis, hedonis, konsumtif dan jauh dari generasi yang berakhlak mulia. Pendidikan yang berbiaya tidak murah ini harus diperjuangkan oleh para orang tua-orang tua besar harapan akan masa depan yang baik bagi anaknya sehingga mereka diharapkan untuk memberikan kontribusi uang kuliah. Sementara negara tidak berkontribusi langsung dalam membentuk generasi calon penerus peradaban.
Sejatinya, dari sisi pemasukan perguruan tinggi itu berlebih, baik dari kontribusi masyarakat, sumbangan dari APBN, hasil pemanfaatan sumber daya, investasi pihak swasta, maupun hibah dari dalam negeri ataupun luar negeri, namun semuanya digunakan demi membangun citra perguruan tinggi yang mewah dan bergengsi.
Perguruan tinggi dalam sistem sekuler menjadi ajang persaingan untuk membangun citra sebagai perguruan yang unggul. Sehingga wajar bila ada perguruan tinggi yang unggul identik dengan berbiaya fantastis. Hal ini dalam rangka memperoleh fasilitas terbaik dan mendapatkan gelar dari perguruan yang terbaik pula. Tak sedikit yang akhirnya rela membayar lebih agar dapat lulus dari perguruan tinggi unggulan sehingga nantinya akan mudah terserap lapangan kerja.
Berbeda jauh dengan pandangan pendidikan di dalam Islam. Tujuan pendidikan didalam Islam adalah untuk mencetak generasi yang berakhlak mulia, menjadi manusia yang bercahayakan iman dan bermanfaat bagi alam semesta. Dalam pandangan Islam menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim baik pria maupun wanita hingga akhir hayatnya.
Dalam sistem Islam, masalah pendidikan menjadi hal yang urgent untuk diperjuangkan. Negara menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat termasuk didalamnya adalah pendidikan. Sepanjang sejarah peradaban Islam, biaya pendidikan relatif murah bahkan digratiskan. Tak memandang apakah dia muslim maupun nonmuslim, kaya ataupun miskin. Semua mempunyai kesempatan yang sama untuk menuntut ilmu. Fokus para pengajar dan pelajar pun bukanlah materi yang bersifat keduniawian semata, melainkan menggapai rida Allah swt.
Perguruan tinggi Islam kala itu dibangun dengan megah, memiliki fasilitas yang mewah, hingga terdapat penginapan maupun rumah sakit yang dikhususkan bagi musafir atau mereka yang sedang menuntut ilmu. Orang-orang yang memiliki banyak harta berlomba-lomba dengan negara untuk memberikan fasilitas pendidikan yang gratis dan terbaik untuk umat. Hasilnya, lahirlah ilmuwan-ilmuwan muslim yang hebat dan memberikan sumbangsih karya yang sangat bermanfaat bagi umat dan peradaban sesudahnya.
Inilah gambaran pendidikan pada masa Islam. Sejatinya, pendidikan bukan untuk dikomersialkan melainkan untuk mewujudkan individu-individu yang bertakwa, yang mampu membawa generasi pada peradaban mulia dan membawa umat pada kemuliaan. Inilah yang harus diperjuangkan dengan memberikan pemahaman yang benar ditengah-tengah umat bahwa hanya dengan Islam mereka akan dimuliakan.
Wallahu a’lam bissawab.