Oleh: Winnarti Amd. AFM
Dunia pendidikan sedang tidak baik baik saja, pasalnya jelang tahun ajaran baru ini viral beberapa kasus tentang mahalnya biaya pendidikan.
(KOMPAS.com)
Sekitar 50 orang calon mahasiswa baru, Universitas Riau yang lolos seleksi Nasional berdasarkan prestasi (SNBP) memutuskan mundur karena merasa tidak sanggup untuk membayar uang kuliah tunggal (UKT).
Siti Aisyah, salah satu dari ribuan orang yang diterima di Universitas Riau (Unri) melalui Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Namun gadis berusia 18 tahun ini akhirnya lebih memilih mengundurkandiri karena mahalnya Uang Kuliah Tunggal (UKT).
Inilah beberapa fakta sebenarnya yang tidak mengejutkan lagi, karena masih banyak fakta fakta yang tidak viral dan terungkap dimuka umum. Kasus yang muncul beberapa hari belakangan, sesungguhnya merupakan penampakan dari gunung es. Inilah hasil dari penerapan sistem sekuler kapitalis yang mana terjadi alih fungsi dari lembaga pendidikan menjadi lembaga bisnis, terabaikannya nilai pendidikan itu sendiri yang mana akhirnya mencetak generasi matrealistis, tujuan utama nya adalah mendapat pekerjaan dan uang, karna mereka berpikir sudah banyak habis uang untuk pendidikan maka setelah lulus harus bisa cari uang yg lebih banyak.
Ada yang salah jalan, akhirnya menempuh korupsi dan sejenisnya, ketika mereka menduduki sebuah jabatan atau kekuasaan. Mereka sekedar mengabdikan ilmunya pada cuan dan perolehan kesenangan dunia. Hal ini menjadi salah satu sebab hilangnya makna pendidikan oleh sistem sekuler kapitalis.
Menyoal mahalnya biaya pendidikan dinegri ini tidak bisa dipungkiri, negara tidak sanggup membiayai penyelenggaraan pendidikan secara keseluruhan, sebab alokasi APBN untuk pendidikan yang hanya 20 % itu tidak cukup. Alih-alih mencari dana, negara malah menyerahkan dana pendidikan kepada masing-masing kampus. Alhasil industri kian masuk pada kampus dan UKT makin tinggi.