Opini

Rafah Butuh Solusi Bukan Janji

332

Oleh : Anna Ummu Maryam
Pegiat Literasi Peduli Negeri

 

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Lalu Muhamad Iqbal melaporkan situasi terkini di Rafah setelah serangan Israel menyasar daerah tersebut. Iqbal menyebut kondisi di Rafah semakin buruk.

“Situasi di Rafah semakin memburuk dari hari ke hari. Serangan Israel yang semakin intens di Rafah menyebabkan 900 ribu orang dari sekitar 1.400.000 pengungsi tercerai-berai dan terpaksa meninggalkan Rafah,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Lalu Muhamad Iqbal di Ruang Palapa Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat, Rabu (DetikNews.com, 29/5/2024).

Suasana kian mencekam setelah tank – tank Israel mulai memaksa memasuki wilayah pengungsian warga Gaza yang notabene adalah wilayah pertahanan terakhir dengan tembok pembatas yang tiada akses lainnya. Serangan bom yang dilepaskan telah menelan korban jiwa yang banyak yang pastinya warga sipil.

Tindakan ini dilakukan Israel dengan alasan bahwa pasukan Hamas bersembunyi diantara para pengungsi sehingga alasan ini yang memaksa mereka untuk mengeluarkan Hamas dari persembunyiannya.

Sejak awal Mei, Israel menyerang Rafah dan mengabaikan kekhawatiran akan keselamatan 1,4 juta warga sipil Palestina yang saat itu berlindung di kota tersebut. Sekitar 1 juta warga sipil telah meninggalkan kota tersebut, Badan Pengungsi Palestina PBB (UNRWA).

Mereka meninggalkan kota tersebut sejak intensnya pasukan Israel dalam melakukan penyerangan bom yang telah menewaskan manusia tanpa perlawanan dan senjata apapun. Jelas ini genosida bukan serangan biasa.

Hanya Mampu Mengutuk Tak ada Aksi Nyata

Inilah yang kita dapati pada negeri – negeri Islam. Cacian , kecaman yang dilontarkan para penguasa negeri muslim tidak berefek apapun untuk menghentikan kekejaman Israel atas penduduk sipil di Rafah.

Lembaga internasional pun seperti PBB pun tak mampu menghentikan aksi tersebut walaupun telah disampaikan tindakan ini telah diluar batas dan kemanusiaan. Namun lagi – lagi pernyataan ini bagaikan longlongan tanpa ada bukti kongkrit.

Hal yang telah menghancurkan rasa kemanusiaan dan fitrah manusia yang menginginkan hidup dalam keadaan aman dan sejahtera ini diawali saat manusia menjadikan dirinya sebagai penetap peraturan hidupnya.

Exit mobile version