Oleh Muhammad Azizan
Secara resmi Indonesia membuka keran impor gula sejak tahun 1967 yang dimaksudkan untuk menjaga stabilitas harga gula dan memenuhi kebutuhan gula domestik. Kebijakan tersebut telah berlangsung setengah abad yang mengindikasikan ketergantungan gula dari negara luar. Apakah Indonesia harus mempertahankan keran impor? Bagaimana dampaknya terhadap harga gula domestik dan Industri Gula Indonesia?
Berbagai faktor yang mempengaruhi harga gula internasional termasuk perubahan iklim seperti el nino, kebijakan pemerintah negara produsen, serta kurs mata uang. Ketika harga gula internasional meningkat maka harga gula di pasar domestik pasti ikut berdampak, meski pemerintah berusaha menstabilkan harga melalui kebijakan impor. Berdasarkan data World Bank Commodities Price (The Pink Sheet) keluaran Oktober 2024 bahwa rata-rata gula dunia sebesar 0,45 dollar AS per kilogram pada bulan September yang lebih tinggi dari bulan agustus sebesar 0,42 dollar AS per kilogram. Dalam laporannya FAO menyatakan bahwa kenaikan harga gula dunia didorong oleh kekhawatiran atas mengetatnya ketersediaan gula pada musim 2024/2025.
Negara Produsen gula dunia yaitu Brazil dan India mengalami dinamika produksi gula pada tahun 2024. Di Brazil, produksi gula memburuk akibat kebakaran dan kemarau panjang yang merusak ladang tebu pada Agustus 2024. Hal yang sama terjadi di India, Pada November 2024 Produksi gula yang menggunakan sari tebu beberapa akan dialihkan untuk memproduksi etanol. Kekhawatiran ini akan mengganggu perdagangan gula antar negara dan berdampak pada harga gula domestik, terutama sebagian besar gula yang tersedia di pasar domestik berasal dari gula Impor Yaitu Brazil dan India. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap fluktuasi harga melalui supply dan demand dalam perdagangan gula.
Kenaikan harga gula Internasional berdampak pada fluktuasi harga gula di pasar domestik. Ketika harga gula impor naik, gula impor menjadi lebih mahal dan akan mendorong kenaikan harga gula domestik. Pada Panel Harga Pangan Badan pangan Nasional (Bapanas), rata-rata harga gula pada November 2024 sebesar Rp17.950 per kilogram yang telah mengalami kenaikan harga sebesar 12,46% dibandingkan harga gula rata-rata pada November 2023 Rp15.960 per kilogram.
Perubahan harga gula juga dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Ketika harga gula dunia naik maka negara dengan mata uang yang lemah akan mengalami dampak yang lebih besar pada biaya impor. Setiap unit gula impor menjadi lebih mahal karena melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS sehingga harga gula di pasar domestik akan lebih tinggi karena untuk menutupi kenaikan harga gula dunia dan pengaruh nilai tukar.
Kenaikan harga gula akan berpengaruh terhadap inflasi pangan serta daya beli Masyarakat. Gula merupakan pangan strategis dan banyak digunakan pada produk makanan dan minuman. Ketika harga gula naik akan mempengaruhi harga produk olahan lain. Kondisi ini akan mempengaruhi daya beli Masyarakat, terutama kelompok ekonomi dengan pendapatan yang rendah dimana Sebagian besar pendapatan digunakan untuk kebutuhan pangan.
Pengaruh kenaikan harga juga berdampak pada kebijakan pemerintah dalam membuka kuota impor gula. Ketika harga gula dunia naik pemerintah harus menurunkan kuota impor untuk melindungi konsumen. Sebaliknya, saat harga internasional rendah pemerintah mungkin akan meningkatkan kuota impor untuk menjaga stabilitas harga dalam negeri. Kebijakan ini sering menjadi tantangan yang sangat perlu dipertimbangkan karena berdampak pada ketahanan pangan dan industri gula domestik.
Apabila pemerintah menetapkan untuk menutup keran impor gula maka akan berisiko terjadinya lonjakan harga gula yang signifikan dan kelangkaan yang dapat memberatkan konsumen. Namun pengurangan impor secara bertahap dan dengan strategi yang matang dapat memberikan ruang bagi produsen lokal untuk meningkatkan kapasitasnya.