Oleh Ummu aini
Pegiat Dakwah
Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. sedang banyak digebyarkan di tengah umat. Ia menjadi salah satu momen penting bagi umat Islam dalam menunjukkan rasa cinta dan penghormatan kepada beliau.
Sepanjang bulan Rabiul Awal ini, banyak acara digelar di berbagai tempat. Biasanya semarak Maulid diwarnai dengan berbagai kegiatan untuk merayakan kelahiran Rasulullah. Namun, ironi yang mencolok betapa praktik-praktik yang bertentangan dengan ajaran Nabi, masih marak terjadi di kalangan masyarakat. Seperti korupsi, riba, dan penerapan sistem demokrasi sekuler.
Padahal Allah berfirman, “Sungguh, Allah telah memberi kaum mukmin karunia ketika Dia mengutus seorang rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri. Ia membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka serta mengajari mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah (as-sunah) meskipun sebelumnya mereka benar benar dalam kesesatan yang nyata.” (TQS. Ali Imran [3]: 164)
Meskipun umat merayakan Maulid dengan penuh suka cita, tindakan nyata dalam mengamalkan ajaran Nabi Muhammad saw. seringkali tidak sejalan dengan perayaan tersebut. Banyak orang yang mengaku mencintai beliau, tetapi dalam kehidupan sehari-hari tetap terjerat dalam praktik-praktik yang dilarang. Mulai dari aktivitas korupsi hingga transaksi ribawi. Ini menunjukkan adanya kesenjangan antara pengakuan cinta dan implementasi ajaran Islam.
Selain itu, sistem yang diterapkan dalam pemerintahan dan ekonomi justru condong kepada ideologi Barat yang sekuler daripada sistem Islam yang diajarkan Nabi. Penting untuk diingat bahwa mencintai Nabi Muhammad saw. tidak sekadar ucapan, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan.
Dalam Al-Quran, Allah Swt. Mengingatkan bahwa kecintaan kepada-Nya dan rasul-Nya harus mengalahkan kecintaan terhadap hal-hal duniawi. Ini menunjukkan bahwa cinta kepada Nabi saw. harus diiringi dengan komitmen untuk mengikuti ajaran dan sunnah beliau, termasuk dalam aspek kehidupan yang lebih luas.