Oleh Triana Amalia, S.Pd.
Aktivis Muslimah
Peringatan Hari Pendidikan Nasional pada tahun 2024 seiring kurikulum yang berjalan yaitu bertema, “Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar.” Peringatan Hardiknas ini juga dicanangkan sebagai bulan Merdeka Belajar. Hardiknas lahir karena jasa para pahlawan di bidang pendidikan. Pada zaman penjajahan, Indonesia pernah mengalami diskriminasi di bidang pendidikan. Salah satu tokoh yang punya pengorbanan dalam bidang pendidikan di Indonesia adalah Ki Hajar Dewantara.
Ki Hajar Dewantara merupakan seorang wartawan di surat kabar Sedyomono, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Melalui tulisannya, beliau menyalurkan kritik mengenai pendidikan di Indonesia yang hanya dinikmati oleh keturunan Belanda dan orang kaya saja. Hingga akhirnya beliau diasingkan ke Belanda. Lalu, saat kembali ke Indonesia, beliau mendirikan lembaga Taman Siswa dengan filosofi “Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani” yang artinya “Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan”. (media online Kompas.com, 25/04/2024)
Dalam peringatan Hardiknas dihadirkanlah perayaan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media berkolaborasi dengan Titimangsa dan SMKN 2 Kasihan (SMM Yogyakarta) menghadirkan konser bertajuk “Memeluk Mimpi-Mimpi: Merdeka Belajar, Merdeka Mencintai” pada Kamis, 25 April 2024 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Konser musikal ini merupakan salah satu implementasi program Merdeka Belajar yang bertujuan untuk mengekspresikan karya melalui pembelajaran yang relevan dan menyenangkan. Sejumlah seniman profesional hadir dalam konser musikal ini, seperti: Sherina Munaf, Mawar De Jongh, Nyoman Paul, Danu Kusuma, Isyana Sarasvati, Henny Janawati, Happy Salma, dan Ario Bayu. (media online Liputan6.com, 26/04/2024)
Merdeka belajar sebagai kurikulum yang dibanggakan dan akan disahkan oleh Kemendikbudristek menjadi Kurikulum Nasional (Kurnas) kritik tak bisa terhindarkan. Dari organisasi nirlama Barisan Pengkaji Pendidikan (Bajik) misalnya. Bajik menilai Kurikulum Merdeka tak layak jadi Kurnas. Mereka juga meminta agar Kurikulum Merdeka dievaluasi secara total dan menyeluruh. Menurut penuturan Direktur Eksekutif Bajik Dhita Puti Sarasvati, Kurikulum Merdeka belum ada kerangka kurikulumnya, filosofi pendidikan dan kerangka konseptual haruslah tertuang dalam naskah akademik. Dalam naskah akademik pun perlu dijelaskan berbagai argumen lain soal dasar-dasar pemikiran terkait Kurikulum Merdeka. (media online Detikedu, 26/02/2024)
Kurikulum Merdeka yang diterapkan belum sepenuhnya memberikan dampak nyata bagi moral. Dalam kurun waktu dekat, kasus perundungan (bullying) marak terjadi di sejumlah daerah. Pelaku dan korban merupakan anak sekolah yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Aksi kekerasan mereka bahkan viral di media sosial. Kejadian itu ada di SMPN 13 Balikpapan. Motif perundungan dipicu oleh tindakan korban yang mengirim gambar asusila pada keluarga pelaku. Pelaku berinisial S tidak terima dan menegur korban yang berinisial R di kelas, yang kemudian berujung pengeroyokan oleh siswa lain. (media online Tribunnews.com, 08/03/2024)
Di balik megahnya Kurikulum Merdeka yang dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter juga kompetensi peserta didik. Kurikulum Merdeka memberikan pembelajaran yang menyenangkan kepada peserta didik, juga mengedepankan gotong royong dengan seluruh pihak untuk mendukung implementasinya. Selama empat tahun berjalannya kurikulum ini diterapkan, memang meningkatkan nilai PISA dengan adanya peningkatan skor literasi dan numerasi peserta didik. Peserta didik juga benar-benar disiapkan menjadi pembuka lapangan kerja dengan dicanangkannya pembelajaran wirausaha di segala jenjang. Namun, ada hal yang kerap kali luput dari perhatian utama pemerintah ialah seberapa hebat kurikulum ini menjawab persoalan problematik pendidikan?