Opini

TBC Meresahkan Dalam Balutan Sekuler Kapitalisme

122
×

TBC Meresahkan Dalam Balutan Sekuler Kapitalisme

Sebarkan artikel ini

Kerusakan ini bersumber dari akar masalah yang ada, yaitu paradigma sekuler-kapitalisme. Ketika seseorang mendudukkan agam sebagai prasmanan, mendesain agama sesuai kepentingan, sehingga keputusan-keputusan yang diambil bisa jadi tidak melibatkan agama. Misalnya, memilih tawaran pekerjaan dengan gaji menjanjikan namun tidak sesuai ketentuan agama.

Diperparah dengan seseorang mengadopsi cara pandang kapitalisme, artinya segala sesuatu perbuatan dikerjakan atas dasar manfaat, keuntungan, cuan, agar profit belaka. Misalnya, sudah jelas program pemerintah pengobatan TBC gratis, namun tidak berjalan mulus karena adanya praktik dokter lain dengan biaya mandiri. Bagaimana framing di tengah masyarakat berobat kepada dokter spesialis lebih terpercaya dari pada yang lainnya atau bahkan layanan dari pemerintah.

Lain ladang, lain alang-alang. Situasi tersebut tidak akan ditemui dalam negara yang menerapkan sistem Islam.

Dalam kitab Muqaddimah ad-Dustuur pasal 164, bahwasanya negara menyediakan seluruh pelayanan Kesehatan secara cuma-cuma atau gratis kepada masyarakat. Sejatinya, dalam Islam bukan hanya penyakit TBC saja yang mendapatkan pelayanan gratis, namun seluruhnya.

Menyoal penanganan penyakit menular, Islam juga memiliki mekanisme yang tepat untuk memutus rantai, dengan melakukan isolasi namun untuk kehidupan sehari-hari dijamin oleh negara sampai dinyatakan sembuh mampu bekerja kembali.

Bekerja dalam pandangan Islam adalah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan standar Sang Khaliq dan asas keberkahan atau ridho Allah. Di samping itu, negara menyediakan lowongan pekerjaan dengan upah yang semestinya. Kriteria pekerja dalam Islam tentu tidak melanggar hukum syara, untuk perempuan memakai pakaian syar’i untuk laki-laki tentunya melakukan pekerjaan yang halal.

Sungguh, Islam adalah agama yang begitu lengkap dan sempurna. Hanya Islam yang mengatur seluruh problem kehidupan, dari hal terkecil sampai struktural negara. Seharusnya, kaum Muslimin tanpa ragu lagi untuk menunjukkan identitas Islamnya, dan bangga terhadap Islam.

Seperti Firman Allah, “barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, sungguh kalian tergolong orang-orang rugi” (TQS. Ali Imran: 85

Wallahu’alam Bisowab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *