Opini

Tanpa Junnah Umat Islam Teraniaya

53
×

Tanpa Junnah Umat Islam Teraniaya

Sebarkan artikel ini

Oleh: Hamsina Ummu Ghaziyah

 

Serangan pesawat nirawak atau drone terhadap warga Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar menewaskan puluhan orang, anak-anak. Beberapa saksi mata mengatakan, para korban selamat terpaksa harus mencari di antara tumpukan mayat untuk menemukan dan mengenali kerabat mereka yang tewas atau terluka. (Voaindonesia.com,10/8/2024)

 

Setidaknya 150 warga sipil dari minoritas muslim Rohingya di Myanmar diperkirakan tewas dalam serangan artileri dan pesawat nirawak (drone) di negara bagian Rakhine, Myanmar. Serangan dilakukan terhadap warga Rohingya yang mencoba melarikan diri dari pertempuran sengit di Kota Maungdaw dengan berupaya menyeberangi Sungai Naf untuk menyelamatkan diri ke Bangladesh.

 

Di saat yang bersamaan, Israel kembali memborbardir warga Palestina dengan menyerang sebuah sekolah yang menampung para pengungsi di dalamnya. Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan, pada Sabtu (10/8), sedikitnya 90 orang tewas dalam serangan Israel terhadap sebuah sekolah yang menampung pengungsi di wilayah Palestina yang terkepung. Insiden ini juga dikatakan sebagai pembantaian yang mengerikan karena terdapat sejumlah jenazah terbakar.

 

Saat ini dunia telah menyaksikan berbagai konflik, penindasan, dan krisis kemanusiaan yang mendera umat muslim di beberapa negeri minoritas muslim. Krisis kemanusiaan yang menimpa muslim Rohingya di Myanmar dan Palestina di Timur Tengah adalah salah satu gambaran konflik kemanusiaan yang berlarut-larut tanpa ada penyelesaian hingga penderitaan dan penindasan terus terjadi.

 

Baik Palestina maupun Rohingya, memiliki sejarah panjang yang ditandai dengan kerusuhan politik dan diskriminasi. Muslim Rohingya merupakan etnis minoritas yang tinggal di negara bagian Rakhine, Myanmar. Sejak 1942, muslim Rohingya telah mengalami upaya pengusiran dari wilayah Arakan hingga saat itu terjadi pembantaian muslim Rohingya oleh pasukan pro Inggris. Dari pembantaian itu, setidaknya ada 100 ribu muslim Rohingya yang tewas dan ribuan desa hancur dalam tragedi berdarah tersebut. Sejak itu, muslim Rohingya hidup dalam ketakutan di tanah kelahirannya sendiri. Konflik demi konflik hingga penderitaan yang dialami muslim Rohingya masih terasa hingga saat ini.

 

Demikian halnya muslim Palestina, yang mengalami perampasan tanah dan pemindahan sejak kedatangan bangsa Israel ke Palestina. Hal ini kemudian mengakibatkan ratusan ribu warga Palestina harus mengungsi mencari tempat tinggal yang aman dan nyaman di tanah mereka sendiri. Sejak saat itu hingga kini, warga Palestina masih dihujani dengan berbagai serangan oleh tentara zionis Israel. Mereka kerap hidup dalam ketakutan, kelaparan, kehausan, dan pontang-panting mencari tempat perlindungan yang aman bagi mereka. Puncaknya, terhitung sejak serangan brutal di jalur Gaza pada 7 Oktober 2023 setidaknya telah menelan korban lebih dari 37.000 warga Palestina, dimana korban terdiri dari wanita dan anak-anak, dan 85.000 terluka parah menurut otoritas kesehatan setempat.

 

Melihat permasalahan yang tengah dihadapi kaum muslim saat ini, tentu tak terlepas dari penerapan sistem hidup yang bukan berasal dari Islam. Kaum muslim yang menjadi minoritas di negeri-negeri kufur pun kerap mengalami diskriminasi, penindasan, hingga pembunuhan. Bahkan, ajaran Islam dan simbol-simbol Islam pun menjadi bahan ejekan, Al-Qur’an dibakar, Rasulullah dihina, dan sebagainya. Potret demikian akan selalu kita saksikan, karena fakta saat ini kaum muslim telah kehilangan Junnahnya (perisainya) yang sejatinya adalah pelindung umat Islam. Semua berawal ketika runtuhnya Kekhilafahan Turki Utsmaniyah sejak tahun 1924. Sejak itu pula sistem Islam dihapuskan dan digantikan dengan sistem demokrasi-sekularisme dan semua itu tak terlepas dari peranan Mustafa Kemal Attaturk sebagai antek Inggris.

 

Di sisi lain, hadirnya negara-negara Barat mendukung penuh penyerangan yang dilakukan oleh Israel di antara negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat. Dakam hal ini, di antara negara-negara pendukung zionis Israel ini, Amerika Serikat merupakan otak dan aktor penting dalam konflik Israel-Palestina. AS dikenal dengan dukungannya yang tak tergoyahkan terhadap Israel. AS segera mengirim bala bantuan setelah Hamas membalas serangan Israel pada Oktober 2023 lalu. Mengutip US News, bala bantuan yang dikirim berupa kapal induk canggih dan terbaru dari angkatan laut. Selain itu, ada amunisi dan sejumlah peralatan canggih lainnya yang mempermudah Israel melancarkan serangannya ke Jalur Gaza. Bahkan, belum lama ini, Amerika Serikat mengucurkan bantuan senilai 3,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 55,8 triliun untuk memperkuat persenjataan dan peralatan militer Israel. (Republika.co.id)

 

Bagaimana dengan negara-negara Uni Eropa? Baik AS maupun Uni Eropa sama-sama mendukung adanya solusi dua negara dan mengutuk pelanggaran Israel atas Palestina. Namun, pada faktanya, baik AS maupun Uni Eropa, tetap menjaga hubungan baik dengan Israel dalam membantu memperkuat ekonomi negara tersebut lewat berbagai kesepakatan dagang. Kenyataan ini menyadarkan kita, bahwa negara-negara Barat tersebut menerapkan standar ganda dalam menangani konflik Israel-Palestina.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *