Oom Rohmawati
Member AMK
Mau makan, tidur, sekolah, sakit semua pakai duit. Bahkan mati pun pakai duit, sementara pekerjaan sulit, baik mereka yang berijazah S1, S2, S3 dan seterusnya. Apalagi yang lulusan setingkat SMA dan lainnya tidak jauh berbeda.
Di Kabupaten Bandung angka pengangguran mencapai 6,52 persen. Di antara penyumbang terbesar adalah kalangan remaja yang baru lulus SMK atau yang sederajat.
Dalam rangka menekan jumlah pengangguran tersebut, Kepala Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Bandung, Rukmana mengungkapkan telah dibuka Job Fair, bahkan pihaknya sudah melakukan 10 kali selama 2024. Kali ini, Job Fair digelar di Thee Matic Mall Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Bentuk tindak lanjutnya, Rukmana membangun kerjasama antar sekolah dan perusahaan, salah satunya SMK Negeri 1 Majalaya, dan 10 perusahaan besar yang nantinya bisa buat siswa yang lulus sekolah dan minat melamar disediakan 350 lowongan pekerjaan di perusahaan tersebut. Sehingga 6,52% pengangguran dari kalangan remaja berkurang. (TribunJabar.id, 27/8/2024)
Menurut laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah pengangguran mencapai 9,9 juta. Dan sebagian besarnya dari Gen Z. Mereka adalah generasi not in employment, education and training/NEET. Artinya generasi yang saat ini tidak memiliki pekerjaan, pendidikan dan pelatihan baik di daerah perkotaan atau pedesaan. Fenomena maraknya pengangguran di kalangan Gen Z ini, tentu merupakan ancaman serius bagi bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045 mendatang.
Gen Z adalah masyarakat usia muda dengan kisaran usia 15-24 tahun, yakni mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. BPS menggolongkan Gen Z yang menganggur ini pada kelompok hopeless of job, yaitu merasa putus asa untuk mendapatkan pekerjaan. Sehingga tak heran mereka hidup dengan ketakutan akan masa depannya sendiri dan pesimis untuk meraih kesuksesan.
Lalu apa yang menyebabkan sulitnya golongan Gen Z mendapatkan pekerjaan?
Jika dianalisis lebih dalam, ada dua faktor yang menyebabkan Gen Z sulit mendapatkan pekerjaan. Di antaranya, dari internalnya karena tidak punya skill atau keahlian yang sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan. Karena menurut survey inteljen [dot.]com, dari 800 pengusaha 60% mereka setuju kalo lulusan perguruan tinggi dari kalangan Gen Z tidak siap untuk bekerja, sehingga mereka lebih memilih yang usianya 27 tahun ke atas yang berpengalaman.