Opini

SOLUSI SEMU PENGENTASAN KEMISKINAN ALA KAPITALISME

78
×

SOLUSI SEMU PENGENTASAN KEMISKINAN ALA KAPITALISME

Sebarkan artikel ini

*SOLUSI SEMU PENGENTASAN KEMISKINAN ALA KAPITALISME*
Oleh : Enung Nurhayati

Tanggal 17 Oktober pada setiap tahunnya diperingati Hari Pengentasan Kemiskinan Internasional, dan pada peringatan tersebut direalisasikan dengan mengajak masyarakat dunia untuk bersama-sama menyuarakan pentingnya menghapuskan kemiskinan. Tanggal tersebut juga dianggap sebagai momentum untuk merenungkan peran yang bisa diambil, baik sebagai individu maupun kolektif, dalam mengatasi masalah sosial yang mendalam ini. Adapun upaya yang tengah dilakukan untuk pengentasan kemiskinan global diera modern adalah sebagai berikut: Pertama, aksi solidaritas ditingkat lokal dan global. Dibeberapa negara, orang-orang berkumpul untuk mengadakan diskusi, seminar, dan lokakarya yang bertujuan membahas isu-isu kemiskinan. Kampanye media sosial juga digalakkan, di mana tagar-tagar seperti #EndPoverty atau #FightPoverty sering kali mendominasi dunia maya. Melalui platform ini, masyarakat menyuarakan pendapat, berbagi kisah inspiratif, dan mempromosikan solusi inovatif dalam melawan kemiskinan.
Selain itu, beberapa organisasi internasional dan pemerintah setempat sering mengadakan acara amal seperti konser penggalangan dana atau acara jalan sehat. Kedua, Kolaborasi Global dalam Pengentasan Kemiskinan. PBB dan berbagai organisasi non-pemerintah (NGO) terus menjadi penggerak utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di seluruh dunia. Melalui berbagai inisiatif seperti Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 1 yang berfokus pada mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuknya di seluruh dunia, banyak negara mulai meluncurkan kebijakan yang mendukung akses masyarakat miskin terhadap layanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan yang layak. Melalui program bantuan internasional dan mikrofinansial, komunitas-komunitas lokal diberdayakan untuk menciptakan usaha kecil yang mandiri dan berkelanjutan. Ketiga, inovasi teknologi untuk pemberdayaan ekonomi. Diera digital ini, inovasi teknologi memainkan peran krusial dalam upaya pemberantasan kemiskinan. Salah satu contohnya adalah program inklusi finansial berbasis teknologi yang memungkinkan masyarakat di pedalaman atau daerah terpencil untuk memiliki akses ke perbankan dan pinjaman mikro. Keempat, pendidikan tetap menjadi kunci utama dalam memutus rantai kemiskinan yang menjerat generasi demi generasi. Salah satu upaya yang dilakukan di berbagai negara adalah memastikan akses pendidikan yang inklusif dan berkualitas bagi anak-anak yang hidup dalam kemiskinan. Kelima, kebijakan sosial yang mendukung kelompok rentan. Upaya pengentasan kemiskinan juga sangat bergantung pada kebijakan sosial yang diterapkan oleh pemerintah. Di beberapa negara maju, pemerintah telah menerapkan program jaminan sosial yang mencakup tunjangan pengangguran, asuransi kesehatan, serta bantuan perumahan bagi mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan. Enam, peringatan yang menginspirasi tindakan nyata. Melalui langkah-langkah nyata seperti pendidikan yang inklusif, inovasi teknologi, kolaborasi global, dan kebijakan sosial yang adil, kita bisa memberdayakan masyarakat miskin untuk meraih masa depan yang lebih baik. Setiap tindakan, sekecil apa pun, memiliki dampak. Dari donasi pribadi hingga kerja sama global, setiap orang bisa berkontribusi dalam upaya mengentaskan kemiskinan. Beberapa organisasi global seperti UNESCO dan UNICEF memimpin gerakan untuk menyediakan akses pendidikan dasar gratis, khususnya bagi anak perempuan yang sering kali menjadi korban ketidakadilan gender dalam sistem pendidikan. Upaya pemberantasan buta aksara juga terus dilakukan, dengan fokus pada komunitas-komunitas yang paling rentan. Program beasiswa dan pelatihan keterampilan vokasional semakin diperluas untuk memberdayakan kaum muda dari keluarga miskin agar dapat mandiri dan terlepas dari jeratan kemiskinan.

Begitu banyak upaya yang sudah dilakukan oleh para pemilik kebijakan, baik secara global maupun lokal. Namun, semua upaya tersebut belumlah memberikan dampak yang signifikan dalam pengentasan kemiskinan. Media Online New York, Beritasatu.com memberitakan, lebih dari satu miliar orang hidup dalam kemiskinan akut di seluruh dunia berdasarkan laporan Program Pembangunan PBB pada hari Kamis (17/10/2024). Setengah dari jumlah tersebut, anak-anak yang paling terkena dampaknya.
Makalah yang diterbitkan Prakarsa Kemiskinan dan Pembangunan Manusia Oxford (OPHI) menyoroti bahwa tingkat kemiskinan ini tiga kali lebih tinggi di negara-negara yang tengah berperang. Karena tahun 2023 menandai konflik terbanyak di seluruh dunia sejak Perang Dunia II.
Realitas di atas membuktikan, gagalnya kapitalisme dalam mengentaskan kemiskinan. Dan kegagalan tersebut tidak bisa dilepaskan dari kefasadan sistem buatan manusia tersebut yang meniscayakan kesejahtraan hanya bagi kalangan tertentu saja. Kesenjangaan antara miskin dan kaya makin lebar.  Dan dunia tak kunjung mampu mewujudkan kesejahteraan. Bahkan meski sudah ada Hari pengentasan kemiskinan internasional 17 Oktober, yang diperingati sejak tahun 1992.

Betul, ada  banyak upaya yang dilakukan dunia melalui organisai internasional, tapi faktanya kapitalisme gagal mewujudkan kesejahteraan. Pasalnya sumber solusinya pada kapitalisme, sistem yang hanya menguntungkan para kapital,  rakyat diabaikan, bahkan harus berjuang sendirian, dengan kata lain auto pilot. Apalagi sistem ini sejatinya adalah sistem yang rusak yang mustahil mewujudkan kesejahteraan secara merata.  Sistem ini membuat negara tidak hadir mengurus rakyat apalagi ukuran kesejahteraan ditetapkan secara kolektif dengan pendapatan perkapita, merupakan ukuran semu.  Tak mungkin menggambarkan kesejahteraan yang nyata. Juga masih ada anggapan yang salah tentang solusi masalah kemiskinan, mulai dari ganti pemimpin, pemberdayaan perempuan, hingga pempimpin perempuan baik dalam negara, ataupun jabatan kepala daerah, juga Menteri. 

Ada juga anggapan jika belajar di luar negeri adalah salah satu cara untuk mengentaskana kemiskinan. Sebuah studi yang terbit di International Journal of Educational Research Volume 128, 2024, menemukan bahwa lulusan yang kembali ke negaranya setelah belajar di luar negeri berdampak terhadap pengurangan kemiskinan. Dampak ini terutama dirasakan di negara-negara dengan penghasilan rendah dan menengah.

Sejatinya penyebab mendasar adalah penerapan sistem kapitalisme, yang membuat oligarki makin kaya, namun rakyat makin menderita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *