Oleh : Sri Nawangsih
(Ibu Rumah Tangga)
Sudah satu tahun berlalu sejak Operasi Banjir Al-Aqsa yang memicu serangan besar di Gaza. Kehidupan di wilayah ini penuh luka akibat blokade, kekurangan sumber daya, dan keterbatasan akses pada kebutuhan dasar. Bangunan hancur, infrastruktur lumpuh, dan fasilitas publik seperti sekolah serta rumah sakit tidak bisa lagi melayani masyarakat dengan layak. Ratusan ribu penduduk Gaza terpaksa hidup di bawah ketidakpastian, berjuang memenuhi kebutuhan harian tanpa jaminan keamanan.
Dunia menyaksikan kejahatan entitas Yahudi ini dalam melakukan pemusnahan penduduk Gaza. Tak peduli aturan dunia, serangan kejam dan mematikan diarahkan kepada warga sipil yang bukan anggota Hamas, baik perempuan, anak-anak, orang tua, tim medis, atau jurnalis hingga penyerangan fasiltas medis.
Meskipun tragedi Gaza mengundang simpati global, upaya nyata untuk menghentikan konflik ini masih minim. Negara-negara Muslim sering kali merespon dengan retorika keras, namun aksi konkrit yang mampu menghentikan penderitaan justru jarang terlihat. Demonstrasi solidaritas di banyak negara lebih banyak berisi pernyataan dukungan tanpa adanya langkah nyata untuk meringankan penderitaan rakyat Palestina.
Penderitaan Gaza tidak akan pernah diselesaikan oleh PBB, Liga Arab, maupun OKI. Juga tidak ada satu pun pemimpin Dunia Islam yang punya itikad menolong Gaza secara tuntas. Problem di Gaza juga tidak akan bisa selesai dengan cara-cara diplomatik, apalagi perdamaian. Proposal ”solusi dua negara” sama saja dengan mengkhianati Gaza dan mengakui penjajahan kaum Zion*s Yahudi di sana.