Opini

Solusi Islam Mengatasi Kekeringan dari Akarnya

93
×

Solusi Islam Mengatasi Kekeringan dari Akarnya

Sebarkan artikel ini

Oleh Ai Siti Nuraeni
Pegiat literasi

Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air, bahkan 71% bumi adalah perairan. Ini menunjukkan bahwa air adalah komponen penting dalam kehidupan, tanpanya tidak akan ada makhluk yang bisa hidup di bumi. Siklus air telah berlangsung selama miliaran tahun, itu berarti air yang kita minum sekarang sama dengan air yang ada berjuta tahun yang lalu. Karena itu, manusia harus menjaga siklus air agar berjalan sesuai dengan yang seharusnya agar tidak terjadi kekeringan yang merugikan manusia dan makhluk hidup yang lainnya.

Kepala BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Bandung Uka Suska Puji Utama menyampaikan bahwa Kabupaten Bandung saat ini mengalami ancaman kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan. Hal itu disebabkan oleh puncak musim kemarau tahun 2024 yang diprediksi berlangsung dari bulan Agustus hingga September. Pihaknya mengimbau masyarakat untuk segera melapor jika terjadi kebakaran agar bisa cepat ditangani. BPBD juga telah melakukan upaya-upaya untuk mengatasi kekeringan seperti melakukan distribusi air bersih pada warga yang membutuhkan, mengimbau masyarakat untuk menghemat air dan melarang mereka untuk membakar semak. (Jabar.tribunnews.com,01/09/2024)

Kemarau panjang yang terjadi belakangan merupakan dampak dari adanya fenomena El Nino, di mana terjadi peningkatan suhu permukaan air di samudra Pasifik Tengah. Hal tersebut menyebabkan pola cuaca berubah dan memicu terjadinya kemarau panjang serta cuaca ekstrim. Dampak dari kejadian tersebut banyak daerah di Indonesia yang mengalami kekeringan.

Ketidaksiapan pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi kemarau panjang ini menyebabkan beberapa daerah mengalami kekeringan. Dampaknya, beberapa daerah telah mengalami kekurangan air bersih serta lahan pertaniannya mengalami gagal panen. Seperti yang terjadi di wilayah Kabupaten Bandung yakni Solokan jeruk, Majalaya, Ciparay, Cileunyi, dan Rancaekek. Para petani hanya mengandalkan hujan, sehingga ketika kemarau panjang tanaman mereka tidak bisa mendapatkan air yang dibutuhkan. Kepala dinas pertanian Ningning Handasah menyebutkan pihaknya telah membantu petani dengan program pompanisasi, irigasi perpompaan, sumur dalam, dan sumur dangkal. (Jabar.tribunnews.com,06/09/2024)

Selain karena fenomena El Nino, cuaca ekstrem yang menyebabkan kemarau panjang juga disebabkan oleh adanya pemanasan global. Kejadian ini membuat cahaya matahari yang masuk ke dalam bumi tidak bisa dipantulkan kembali ke langit justru. Ini karena efek rumah kaca yang disebabkan oleh banyaknya polusi dari pabrik, pembakaran hutan dan lahan, kendaraan yang digunakan masyarakat, dan aktivitas lain yang merusak lapisan ozon di atmosfer.

Dalam menghadapi kemarau panjang ini masyarakat tidak bisa berjuang sendiri, perlu bantuan dari pemerintah untuk mengatasinya. Dari mulai melakukan prediksi cuaca; mencari cara untuk menanggulanginya; mengedukasi masyarakat untuk menjalankan solusi yang telah ditetapkan; memberikan bantuan pada daerah yang mengalami kekeringan; memanfaatkan kecanggihan teknologi dan mengerahkan para ahli untuk mengelola air sungai agar layak dikonsumsi serta dapat dimanfaatkan untuk mengairi sawah dan ladang. Dengan demikian, masyarakat tetap bisa bertani dan memproduksi pangan.
Kemudian, pemerintah juga seharusnya mengelola sumber daya air secara mandiri untuk kemaslahatan rakyat. Air tidak boleh dikomersialkan apalagi diprivatisasi oleh kelompok tertentu. Kalaupun memang ada perusahaan yang mengelolanya, maka pemerintah wajib mengawasi serta mengatur perusahaan tersebut agar keberadaannya tidak membuat rakyat kehilangan haknya mendapatkan air.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *