Opini

Sistem Sekuler Melahirkan Generasi Sadis

169

Oleh Rofiatun Hasanah

Masih hangat diperbincangan publik yg begitu menyayat hati lagi dan lagi kali ini Kasus anak membunuh ayah dan neneknya, serta berupaya membunuh ibunya yang berlokasi di salah satu perumahan di Lebak Bulus, Jakarta Selatan mengejutkan banyak pihak, terutama tetangga dan lingkungan sekolah pelaku. Pasalnya, pelaku dikenal sebagai anak yang pendiam, penurut, dan ramah kepada tetangga. Selain itu, pihak sekolah juga memberi keterangan bahwa pelaku MAS dikenal pintar, tidak menunjukkan perbuatan negatif dan gejala yang aneh selama di sekolah. Hingga saat ini, pihak kepolisian belum dapat memberikan penjelasan pasti mengenai pemicu perbuatan kejam yang dilakukan remaja tersebut.

Dalam keterangannya, psikolog klinis Liza Marielly Djaprie menganalisis kemungkinan adanya faktor penumpukan trauma dan frustasi pada MAS sebagai pemicu di balik perbuatan kejamnya. Menurutnya, tidak ada orang yang tiba-tiba melakukan tindakan kekerasan. Ibarat balon yang terus diisi udara hingga pada titik puncaknya, balon itu akan meledak.

Banyak faktor pemicu yang memengaruhi generasi hari ini hingga berperilaku tidak manusiawi dengan tingkat kebengisan yang semakin mengerikan. Dan Munculnya perilaku sadis nan bengis pada generasi tidak terjadi secara tiba-tiba Di antara faktor tersebut ialah:

*Pertama* , sangat lah penting pola asuh dlm keluarga. Hari ini kita lihat, visi misi keluarga bertakwa makin hilang dalam sistem sekuler. Pola asuh keluarga dibangun dengan paradigma sekuler kapitalisme, orang tua hanya memenuhi kebutuhan materi anak tanpa diimbangi pendidikan dan pemahaman Islam dari kedua orang tuanya. Acapkali orang tua terjebak dalam standar materi ala kapitalisme yang mengukur keberhasilan anak dengan nilai akademik yang tinggi, prestasi di sekolah, dan berbagai penghargaan.

Alhasil, tanpa melihat kemampuan anak, orang tua berambisi menjadikannya sukses, bagaimanapun caranya, meski harus mengurangi waktu tidur anak dan menambah jam belajar mereka. Jika pola seperti ini terus terjadi, anak akan mengalami tekanan yang luar biasa, seperti frustasi, stres, bahkan depresi yang dapat mengganggu kesehatan mentalnya.

Visi meraih pendidikan tertinggi dengan nilai terbaik tidak salah, tetapi harus diimbangi dengan kemampuan anak dalam menyerap ilmu. Di sisi lain, orang tua juga harus mengutamakan penanaman akidah Islam kepada anak sehingga apa pun yang mereka lakukan memang karena kesadarannya sebagai hamba Allah Taala. Mereka menjalankan hak dan kewajibannya bukan karena dipaksa atau di bawah tekanan ambisi orang tua yang berlebihan.

Pendidikan keluarga memang memiliki peran vital dalam melahirkan generasi berkualitas. Bagaimanapun, penerapan sistem kapitalisme memberi dampak dan pengaruh pada pendidikan hari ini. Anak terpenuhi kebutuhannya, tetapi minim pemahaman ilmu agamanya. Pada akhirnya, anak mudah terpengaruh hal-hal negatif di sekitarnya karena hilangnya perisai agama (Islam) dalam kehidupan mereka.

*Kedua* , lingkungan sekolah dan masyarakat yang terkadang di anggap remeh. Padahal Maraknya anak melakukan tindakan kriminal, baik kepada keluarga atau orang lain, sejatinya adalah buah penerapan sistem pendidikan sekuler. Lingkungan sekolah dan masyarakat sangat berperan dalam membentuk kesalehan komunal pada diri anak. Namun, sistem sekuler telah mendegradasi nilai kesalehan tersebut dengan menormalisasi perilaku yang menyalahi aturan Islam, seperti pergaulan bebas, budaya hedonis dan permisif, pacaran, hingga perzinaan dianggap biasa2 dan sudah jamannya. Maka semua nya di anggap netral.

Exit mobile version