Opini

Sistem Kapitalisme, Penyebab Problema Anak Semakin Meningkat!

107
×

Sistem Kapitalisme, Penyebab Problema Anak Semakin Meningkat!

Sebarkan artikel ini

Oleh : Ratih Ramadani, S.P.
(Praktisi Pendidikan)

Tanggal 23 Juli 2024 ini ada peringatan Hari Anak Nasional. Tahun ini merupakan peringatan Hari Anak Nasional (HAN) yang ke-40. Setiap tahunnya ada tema yang berbeda-beda. Tema dipilih agar peringatan ini bisa difokuskan ke sejumlah tujuan dan persoalan.

Melansir dari situs resmi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (KemenPPPA), tema Hari Anak Nasional 2024 ini sama dengan tahun lalu yakni “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”.
Sejak disahkannya undang-undang tentang kesejahteraan anak, pemerintah terus berupaya meningkatkan kesejahteraan anak dan terus mengoptimalkannya.

Salah satunya dengan mendorong kepedulian semua pihak, lewat penyelenggaraan peringatan Hari Anak Nasional. Pada hari peringatan anak ini, kita menyaksikan problem anak semakin meningkat. Banyak anak-anak negeri ini yang belum tercukupi kebutuhan hidupnya, dari kebutuhan pangan bergizi hingga pendidikan berkualitas.
Sebagaimana diketahui angka prevalensi stunting di negeri ini sepanjang 2023 sebesar 21,5 persen.
(sehatnegriku.kemkes.go.id)

Adapun Angka Putus Sekolah (APS) tahun ajaran 2022/2023 di berbagai tingkat pendidikan mencapai 76.834 orang, dengan rincian jumlah siswa putus sekolah di tingkat SD mencapai 40.623 orang, tingkat SMP 13.716 orang, tingkat SMA 10.091 orang, dan SMK 12.404 orang.
(goodstats.id)

Lingkungan yang melingkupi anak hari ini pun benar-benar jauh dari jaminan perlindungan dan keamanan. Angka kekerasan terhadap anak terus meningkat.

Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menunjukkan, jumlah jenis kasus kekerasan terhadap anak mencapai 24.158 kasus yang dilaporkan sepanjang 2023. Dari jumlah tersebut, jenis paling banyak dari kasus kekerasan seksual, yakni 10.932 kasus.
(databoks.katadata.co.id)

Mirisnya, sering kali pelaku kekerasan terhadap anak justru datang dari orang terdekat, seperti paman hingga ayah. Rumah yang seharusnya jadi tempat berlindung bagi anak pun, kini menjadi tempat menakutkan bagi anak.

Selain itu, situasi kehidupan sekularistik hari ini, justru mewarnai kepribadian anak, sehingga mereka memiliki pemikiran dan perilaku yang buruk. Anak menjadi pelaku bullying dan kekerasan, anak terlibat narkoba, miras, pergaulan bebas, hingga jadi online.

Pemerintah mencatat jumlah pemain judi online usia dibawah 10 tahun di Indonesia sebanyak 80.000 anak.
(nasional.tempo.co)

Sejatinya, pemerintah telah membuat dan menjalankan berbagai program prioritas untuk menyelesaikan persoalan anak, diantaranya adalah peningkatan peran ibu, dan keluarga dalam pendidikan atau pengasuhan anak, menyediakan layanan bagi anak yang memerlukan perlindungan khusus, merintis Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) hingga negara ramah anak. Namun, semakin jauhnya anak dari kesejahteraan, keamanan, dan pribadi bertakwa, membuktikan bahwa upaya-upaya tersebut tidak membuahkan hasil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *