Oleh Emy
Aktivis Muslimah
Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PPMI) Karding menyebutkan, lebih dari lima juta warga negara Indonesia menjadi pekerja migran ilegal di luar negeri. Hal tersebut disampaikannya saat membuka diskusi publik bertajuk “Peluang dan Tantangan Bekerja ke Luar Negeri,” di Auditorium Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro Semarang.(Sabtu 16/11).
Diakuinya, para pekerja migran yang tidak terdaftar alias ilegal tersebut memang menjadi pekerja rumah (PR) bagi kementerian PPMI. Sebab kata dia, PMI ilegal tersebut rawan mengalami eksploitasi dan menjadi tindak pidana perdagangan orang (TPPO). “Karena mereka berangkatnya tidak prosedural, ilegal. Dampak bagi ilegal keluar negeri, PMI tersebut tidak memiliki keterampilan kemampuan. Oleh karena itu, kementrian PPMI akan memperkuat kemampuan PMI, dengan kompetensi yang dibutuhkan di negara tujuan.
Sudah bukan lagi berita baru tentang pekerja migran yang makin hari makin banyak, mereka berbondong-bondong mencari pekerjaan keluar negeri. Yang lebih miris lagi, kebanyakan yang menjadi pekerja migran adalah para wanita. Para ibu yang seharusnya menjalankan perannya mengurus rumah tangga dan keluarga, malahan harus bekerja banting tulang di negeri orang untuk menghidupi keluarga. Inilah fakta dari kondisi wanita Indonesia sekarang.
Ada beberapa faktor yang mendorong mereka harus menjadi pekerja migran diantaranya adalah karena kemiskinan dan susahnya mencari pekerjaan. Inilah hasil dari buah sistem kapitalis yang diterapkan di negeri ini.
Negara yang katanya Gemah Ripah Loh Jinawi, telah gagal dalam menyejahterakan rakyatnya. Negara telah menyerahkan semua Sumber Daya Alam (SDA) kepada asing dan Aseng. Sementara rakyat sendiri yang harus menderita, dengan harga kebutuhan yang semakin tinggi sehingga perekonomian rakyat semakin tercekik. Oleh karena itu, terpaksa rakyat kecil harus memilih jalan menjadi pekerja migran keluar negeri. Dalam hal ini, seharusnya negara memberi perlindungan pekerja migran Indonesia (PMI), karena mereka menghasilkan salah satu sumber Devisa bagi negara. Akan tetapi, tetap menjadi masalah selama negara ini mengadopsi sistem kapitalis. Serta tunduk pada asing dan aseng yaitu para pemilik modal yang menyebabkan rakyat kecil sengsara dan menderita.