Oleh: Fatimah Ummu Maira
(Aktivis Muslimah)
Di penghujung tahun 2024 semakin santer berita retaknya hubungan rumah tangga bahkan sampai berujung pembunuhan. Anak yang membunuh orang tua, bahkan seorang ibu dengan tega membunuh anaknya.
Di Cirebon tepatnya desa kasugengan kidul (24/8) seorang anak tega membunuh ayahnya dan melukai adiknya karena dalam kondisi mabuk terpengaruh alkohol tidak terima di nasehati oleh ayahnya.
Lebih tragis lagi seorang ibu tiri di Pontianak tega membunuh anaknya yang berusia 6 tahun, karena cemburu dengan anak tersebut. Jasad korban di temukan didalam karung (22/8) setelah dilaporkan hilang sepekan.
Anak yang harusnya berbakti kepada orang tua lantas tega membunuh ayahnya dengan dalih tidak terima dinasehati. Ibu yang seharusnya menjadi pelindung bagi anak anaknya menjadi pembunuh di sistem yang ada saat ini. Kenapa? Karena saat ini kita berada di dalam negara yang menerapkan sistem sekuler kapitalisme.
Dimana negara hanya memproduksi kebijakan dzalim yang makin menjauhkan umat dari takwa. Tidak hanya itu dari kebijakan yang ada telah membuat bangunan keluarga retak dan tidak harmonis, tetapi sistem sekuler juga telah menghancurkan ikatan antar anggota keluarga. Ayah dan ibu bisa menjelma menjadi predator bagi anak-anaknya, dan anak-anak mereka pun bisa berubah menjadi monster yang siap mendzalimi ayah dan ibunya.
Kehidupan sekuler telah benar-benar merusak bangunan keluarga. Hal ini karena sekularisme telah menjauhkan manusia dari agamanya. Konsekuensi dari itu semua, mereka kehilangan makna kehidupan, yakni terkait untuk apa mereka diciptakan dan apa yang harus dilakukannya di dunia.
Jauhnya mereka dari agama menyebabkan amarah mudah tersulut, alias sumbu pendek. Manusia yang tidak beriman dan bertakwa niscaya akan dikuasai oleh syahwatnya. Ia merasa bebas melakukan segala sesuatu tanpa memperhatikan konsekuensinya. Hilangnya agama dari pedoman hidup manusia juga menjadikan hubungan antar manusia penuh dengan kerusakan.
Sistem sekuler kapitalisme memaknai kehidupan hanya sebatas tempat mencari materi. Akhirnya, kesenangan bisa mengalahkan rasa kasih sayang, ditambah konsep untung rugi, telah menjadi satu-satunya pengikat hubungan antar manusia. Bangunan keluarga muslim benar-benar hancur karena jauhnya mereka dengan agamanya sendiri.
Rusaknya bangunan keluarga muslim bukan terjadi dengan sendirinya. Situasi tersebut merupakan upaya dalam melemahkan kekuatan umat dengan menyerang benteng pertahanan terakhirnya, yaitu keluarga.
Merekapun melakukan berbagai upaya untuk menghancurkan keluarga muslim dengan menancapkan sekularisme. Mulai dari serangan pemikiran yang mengubah pola relasi, termasuk pola relasi antar keluarga yang hanya sebatas pada materi. Ayah-ibu membahagiakan anak-anaknya dengan materi, begitu pula sebaliknya, bakti anak-anak adalah dengan memberikan materi sebanyak-banyaknya di hari tua mereka.