Oleh: Bunda Aisyah
Kasih Ibu Sepanjang Masa, Kasih Anak Sepanjang Galah. Peribahasa yang menggambarkan bagaimana sosok ibu yang mengasihi anak sepanjang hidupnya. Segala hal akan dilakukan demi kebaikan anaknya. Namun, peribahasa itu kini ternoda oleh sosok ibu itu sendiri.
Akhir-akhir ini ramai diberitakan peristiwa keji yang dilakukan seorang ibu terhadap putri remajanya. Seorang ibu di Sumenep, Madura, menyerahkan putrinya untuk dicabuli (dizina-i) kepala sekolah dengan dalih penyucian diri (Minggu, 1 September 2024, Kumparan).
Miris. Ibu yang seharusnya melindungi anak-anaknya justru bertingkahlaku sebaliknya. Sang ibu tak ada belas kasih menyerahkan anaknya pada laki-laki asing untuk dinodai. Ibu tak lagi menjadi tempat bertumpu dari persoalan hidup sang anak, justru sang ibu menjerumuskannya pada hal nista.
Sungguh, sekularisme—tatanan hidup yang dipisahkan dari agama, tidak mau diatur agama—-menjadikan seorang ibu mati naluri keibuannya. Mati naluri kasih sayangnya. Mati naluri melindunginya. Mati naluri menjaga dan membentuk anak berkepribadian baik (Islami). Sekularisme-kapitalisme menjadikan seorang ibu benar-benar mati rasa.
Ini hanya satu hal nista yang dilakukan seorang ibu baru-baru ini. Sebelum-sebelumnya pun terjadi hal keji yang dilakukan seorang ibu pada anaknya. Salah satunya seorang ibu tega mencabuli anaknya demi uang.