Opini

Secercah Harapan Jelang Hari Jadi Kotaku Tercinta

346
×

Secercah Harapan Jelang Hari Jadi Kotaku Tercinta

Sebarkan artikel ini

Nusantaranews.net – Hari itu sore, hampir memasuki waktu sholat Ashar, tepatnya hari Rabu kemarin. Saat itu bertepatan dengan jadwal rapat Pengurus PWI Sumbar.

Kedatangan dua orang teman yang notabene berprofesi tenaga pendidik.

Kami duduk bertiga dibawah pohon yang rindang terletak antara Youth Center dengan PWI Sumbar.

Banyaklah mereka bercerita tentang pengalaman melaksanakan tugas dan fungsinya.

Kami juga membicarakan isu guru honorer yang di non job kan kepala sekolah, ternyata teman kuliah sahabat saya ini ketika kuliah di FKIP UBH dulu. Teman satu kos lagi katanya.

Sahabatku ini bercerita, kemarin aku ditelpon oleh seseorang yang nomornya tidak aku ketahui, katanya.

Ternyata, setelah diangkat dan ditanya rupanya teman sekelas sewaktu SMA dulu.

Dia bercerita anaknya sedang kuliah 2 orang dan satu di SMP dan dia sudah lama ditinggalkan suami dan artinya membesarkan anak sendiri alias membesarkan anak yatim.

Dan setelah berbincang bincang agak lama kemudian dia menyampaikan keinginan untuk meminjam uang Rp 200 ribu.

Anaknya didesak pihak sekolah agar segera membayar uang LKS pada hari itu.

Kalau tidak, anaknya tidak boleh mengikuti pelajaran. Mendengar hal itu aku geram bukan main bukan karena temanku itu pinjam uang tapi geram dengan kelakuan pihak sekolah yang masih bertindak sewenang-wenang serta memaksakan kehendak.

Kemudian nyali pengawas ku naik dan menanyakan dimana sekolah anaknya dia menyebutkan salah satu sekolah di Kota Padang ini.

Dan sebagai seorang teman tentu aku harus membantu teman yang minta bantuan seperti ini dan berjanji besok aku transfer karena tidak punya m-banking.

Nah, disini betapa terlihat susahnya orang tua murid untuk mencari duit memenuhi kebutuhan anaknya, uang Rp200 ribu.

Ortu harus mencari pinjaman sana sini untuk memenuhi tuntutan sekolah yang tak tahu aturan ini.

Apalagi orang tua tersebut harus mencari sendiri alias single parent untuk membesarkan anak-anaknya.

Harapannya, dititip anak belajar di sekolah negeri dengan harapan anaknya bisa sekolah gratis.

Tapi kenyataannya pungutan-pungutannya tetap banyak yang harus dibayar oleh orang tua murid ini, termasuk LKS yang seharusnya itu kewajiban guru mendesain bahan ajar bukan memberatkan orang tua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *