Opini

Santri Sebagai Generasi Pejuang

99

Oleh Ummu Sasa
Pegiat Literas

Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) setiap tanggal 22 Oktober berlangsung khidmat di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kabupaten Bandung terpilih menjadi tuan rumah puncak peringatan Hari Santri Nasional 2024 tingkat Jawa Barat, di lapangan Upakarti Soreang dan Dome Bale Rame Soreang. (ketik.co.id, 22/10/24).
Menurut ketua HSN PWNU Jabar, Arif Rahman menjelaskan bahwa HSN 2024 dengan tema “Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan”, diusung untuk memperkuat kontribusi santri dalam menghadapi tantangan zaman termasuk kemajuan teknologi, perubahan sosial dan lingkungan. Juga karena besarnya peran santri dan ulama dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, terutama melalui resolusi jihad yang dikeluarkan oleh ulama pada 22 Oktober 1945.
Tema yang diusung mengandung arti bahwa seorang santri mempunyai tugas melanjutkan perjuangan, bukan hanya mengenang, tapi harus dengan aksi nyata untuk menghadapi tantangan zaman, karena masa depan bangsa ada pada generasi penerus termasuk para santri.
Pembajakan Pemberdayaan Pesantren
Hari Santri yang setiap tahun diperingati seharusnya bisa membawa perubahan positif bagi generasi. Perubahan yang diharapkan yaitu terbentuknya generasi beriman, bertakwa dan unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun harapan ini belum terwujud karena terhambat oleh masuknya moderasi beragama di lingkungan pesantren. Para santri harus memiliki pemikiran yang moderat, dalam arti memiliki pandangan hidup yang sesuai keinginan Barat, yaitu seperti kapitalisme, sekularisme, pluralisme dan hedonisme.
Selain faham moderasi beragama, pemberdayaan ekonomi pesantren juga menghambat perubahan yang diharapkan. Karena pelibatan pesantren dalam perbaikan ekonomi dan pengentasan kemiskinan merupakan bentuk pembajakan potensi pesantren. Pesantren seharusnya menjadi tempat yang akan mencetak generasi unggul calon ulama. Problem ekonomi seperti kemiskinan dan kesejahteraan rakyat adalah tanggung jawab negara, bukan lembaga pendidikan, komunitas, atau individu rakyat.
Jika demikian, profil santri yang diharapkan menjadi Warotsatul Anbiya (pewaris para Nabi) akan jauh panggang dari api. Jika moderasi beragama terus digaungkan, generasi bisa kehilangan arah dan jati dirinya sebagai muslim kafah yang harusnya tunduk dan taat pada aturan Allah saja.
Peran santri harus dikembalikan pada tempatnya yaitu menjadi calon ulama pewaris nabi. Santri harus berada di garda terdepan dalam mendakwahkan Islam kafah. Peran ini semakin sulit terwujud karena kapitalisme sekularisme yang lebih mengutamakan kepentingan duniawi.
Inilah bukti bahwa sekularisme adalah racun yang mematikan bagi generasi, termasuk santri. Ilmu yang dikaji belum mampu membentuk kepribadian yang diinginkan Islam, karena penerapan ilmunya hanya sebatas ibadah ritual saja.
Pesantren Dambaan Umat
Dalam kamus bahasa Indonesia, santri adalah orang yang mendalami ilmu agama. Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang bertujuan mencetak kader ulama faqih fiddin, memiliki akhlak dan kepribadian Islam, memahami Islam yang menyeluruh, menyebarluaskan Islam dengan dakwah, mencerdaskan masyarakat dengan akidah Islam yang sahih, dan membentuk ilmuwan yang unggul dalam sains dan teknologi.
Pesantren seperti inilah yang akan berhasil membentuk generasi dengan jatidiri yang sesungguhnya, generasi Islam penjaga kemuliaan Islam, dan ilmuwan masa depan yang siap memperjuangkan bangkitnya peradaban Islam.
Inilah pesantren yang dibutuhkan dan didambakan umat. Kurikulum yang diterapkan adalah kurikulum yang sesuai dengan pandangan Islam, yang nantinya dapat menghilangkan pandangan moderat Barat. Karena sesungguhnya Islam bertentangan dengan konsep dan tujuan moderasi. Islam menginginkan generasi berkepribadian Islam, sedangkan moderasi menginginkan generasi berkepribadian moderat dan sekuler.
Untuk menjaga keberadaan pesantren, negara berperan penting dengan memfasilitasi keberlangsungan pesantren dalam berbagai aspek, diantaranya menerapkan kurikulum pendidikan berbasis akidah Islam, memberi fasilitas pendidikan yang memadai, menggaji guru dengan layak, dan membebaskan biaya pendidikan santri.
Dengan penjagaan negara yang maksimal, pesantren akan menghasilkan para santri penjaga kemuliaan dan kemurnian ajaran Islam dan kelak membangun peradaban Islam yang gemilang.

Exit mobile version