Opini

Sampai Kapan Dunia Abai terhadap Derita Rakyat Palestina

64
×

Sampai Kapan Dunia Abai terhadap Derita Rakyat Palestina

Sebarkan artikel ini

Oleh Ummi Nissa
Pegiat Literasi

Hampir satu tahun serangan brutal zionis Israel terhadap Palestina berlangsung. Bahkan dunia memandangnya sebagai genosida. Terhitung sejak awal Oktober 2023 lalu sampai kini, peperangan belum ada tanda-tanda akan berakhir. Wilayah aman bagi rakyat sipil Palestina kian menyempit. Israel telah mengubahnya menjadi tumpukan puing-puing dan abu.

Pada awal invasi darat Israel ke Gaza awal November 2023, pasukan Israel mengusir ratusan ribu warga sipil dari Gaza utara ke Gaza selatan. Mereka mengeklaim wilayah tersebut sebagai zona kemanusiaan yang aman. Seiring serangan militer Israel terus berlanjut, ukuran zona aman terus menyusut drastis. Sampai pada Agustus 2024, tentara Israel mengurangi wilayah aman ini menjadi hanya 35 kilometer persegi, atau 9,5 persen dari total wilayah Gaza. Zona tersebut hanya mencakup sekitar 3,5 persen dari area pertanian, layanan dan komersial. (antaranews.com, 25 Agustus 2024)

Kondisi tersebut tentu memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza, karena warga sipil memiliki tempat yang lebih kecil untuk melarikan diri dari aksi kekerasan. Blokade juga telah menyebabkan kelangkaan akut pada bahan makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Mengutip dari Associated Press, pejabat tinggi kemanusiaan PBB untuk wilayah Palestina menyebutkan, bahwa perintah evakuasi zionis saat ini, telah mengungsikan 90% dari 2,1 juta penduduk. Namun demikian, bagi warga Gaza tidak ada tempat yang aman untuk berlindung dari serangan zionis. Akibat peperangan yang terjadi sejak 7 Oktober 2023 tersebut telah menewaskan lebih dari 40.200 warga Palestina yang sebagian besarnya adalah perempuan dan anak-anak serta lebih dari 93.000 luka-luka. Data tersebut belum termasuk serangan yang telah dilakukan zionis sejak tahun 1948.

Oleh karena itu, Serangan zionis pada Palestina bukan sekadar kejahatan kemanusiaan atau sekadar serangan balasan zionis akibat serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu. Namun, serangan zionis di gaza ini, sejatinya adalah agenda perang ideologi dan termasuk penjajahan yang terstruktur, sistematis, dan masif.

Kekuatan militer Israel sat ini, tidak lepas dari dukungan negara adidaya Amerika yang selama ini mengemban ideologi kapitalisme.
Menurut Aljazeera, Amerika Serikat tiap tahun menggelontorkan lebih dari $3,8 miliar (Rp60 trilun) sebagai bantuan militer. Hal tersebut cukup menjadi bukti betapa besar sokongan Amerika pada zionis baik dari sisi materi maupun nonmateri, mulai biaya perang, persenjataan, sampai dukungan moril.

Zionis memang merupakan anak emas yang dipelihara Amerika sebagi negara pengemban ideologi kapitalisme. Lahirnya zionis Israel di Timur tengah juga tidak lepas dari peran penjajah Barat seperti Inggris dan Amerika. Israel memang sengaja ditempatkan di wilayah Timur Tengah sebagai penpanjangan tangan AS dalam menguasai Timur Tengah. Dengan demikian, penjajah sesungguhnya di Gaza saat ini adalah Amerika Serikat melalui tangan zionis Israel, karena bagi negara imperium kapitalisme, penjajahan adalah perkara yang mutlak.

Menurut Ulama besar Syekh Taqiyuddin An-nabhani, dalam kitab Nizamul Islam bab Qiyadah Fikriyah, menjelaskan bahwa metode yang dilakukan ideologi kapitalis dalam menyebarkan kekuasaan dan pengaruhnya di dunia adalah dengan penjajahan. Maka tidak heran jika Amerika Serikat secara terang-terangan memberikan dukungan kepada zionis mulai dari dana hingga senjata untuk menjajah. Negara adidaya Amerika Serikat memiliki kepentingan untuk berkuasa di dunia terutama di negeri kaum muslimin yang kaya sumber daya alam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *