Oleh: Eka Susanti
“Ketika agama semakin dijauhkan dari kehidupan manusia, maka kemanusiaan itu juga akan semakin hilang dari akal sehatnya.”
Hampir setiap harinya kita selalu disuguhi informasi tentang kematian dan pembunuhan, tidak cukup dengan informasi keadaan Palestina hingga detik ini. Pembunuhan yang dilakukan oleh keluarga atau kerabat dekat saat ini seakan tidak lagi menjadi hal yang tabu kita temukan di setiap laman berita. Fenomena seperti anak yang tega membunuh ayah ibunya, atau sebaliknya orang tua yang tega membunuh anaknya, kakak menyiksa adiknya dan masih banyak lagi lainnya. Seperti halnya yang kembali terjadi beberapa waktu yang lalu seorang Ibu Haji dibunuh oleh anak kandungnya sendiri, kejadian ini terjadi pada hari jumat tanggal 23 Agustus 2024 sekitar pukul 21:13 WITA di kecamatan Balikpapan Barat. Seorang Ibu Haji Berinisial RK meninggal dengan tragis di rumahnya karena dibunuh oleh anak kandungnya sendiri yang diduga mengalami gangguan jiwa (Prokal.co 24/08/24). Lalu ada pula kasus pembunuhan yang terjadi pada seorang anak berumur 6 tahun bernama Nizam Ahmad Alfahri yang dibunuh oleh ibu tirinya sendiri, jasadnya ditemukan sangat mengenaskan di sebuah rumah kawasan Pontianak pada kamis malam tanggal 22 agustus 2024 dalam kondisi terbungkus karung. Sebelumnya semasa hidup Nizam dikabarkan memang sering mengalami penyiksaan dan kekerasan dari ibu tirinya tersebut (SindoNews.com, 24/08/24). Kemudian peristiwa penganiayaan yang berujung pada pembunuhan yang dilakukan oleh seorang anak kepada adik dan ayahnya. Tidak diketahui sebab apa pelaku menganiaya adiknya. Karena tidak terima sang adik pun melaporkan perbuatan kakaknya tersebut kepada sang ayah, namun usaha sang ayah untuk menengahi kedua anaknya justru berbuah tragis, sang kakak bukannya mendengarkan dan mematuhi ayahnya malah dengan berani menusuk ayahnya dengan pisau dapur hingga meninggal. (Metrotvnews.com, 24/08/24).
Sungguh miris memang jika melihat informasi berita seperti ini, seperti menu hidangan yang biasa tersaji di meja makan. Kita seakan kehilangan sebuah standar hidup yang manusiawi. Apa sebenarnya yang menjadi masalah kita saat ini? Apa sebenarnya yang hilang dari sebuah keluarga? Bukankah terciptanya sebuah keluarga itu adalah agar menambah kehidupan yang harmoni? Beginilah realitanya ketika landasan berpikir kita hanya menuruti ego dan hawa nafsu materi, atau biasa disebut dengan sekulerisme kapitalisme.
Sekularisme telah banyak meracuni setiap jiwa manusia, ketika pemahaman agama dijauhkan dari kehidupan, dimana sejatinya hanya agama yang akan mengajarkan agar manusia bisa memanusiakan manusia, entah itu dari mulai adap, perilaku, akhlak, akal serta sikap manusia yang diatur supaya tidak keluar dari fitrahnya. Namun ketika itu semua dijauhkan dan dipisahkan, maka tidaklah heran kerusakan dan kebobrokan dalam hati dan jiwa manusia akan muncul bahkan seakan mengalahkan sifat-sifat binatang. Ditambah dengan sistem Kapitalisme yang dipegang oleh para penguasa kita hari ini, dimana standar baik dan buruk hanya berdasarkan pada asas materi dan manfaat saja, tidak peduli bagaimana kelakuan rakyatnya, selama itu tidak menguntungkan baginya, maka tidak akan menjadi urusannya pula. Justru sudah menjadi fenomena lama saat jajaran penguasa semakin memperkaya dirinya dengan memeras uang rakyatnya (korupsi dimana-mana), apakah wajar bila mereka bisa menjadi pelindung rakyatnya? Sadar atau tidak sebenarnya pemahaman ini juga telah menjangkit disetiap lini kehidupan masyarakat kita, dimana orang-orang yang seharusnya bisa diandalkan dapat melindungi, justru sebaliknya malah menjadi pelaku dari kejahatan yang tidak terbayangkan. Seorang anak yang seharusnya berbakti pada orang tua yang telah membesarkannya malah membunuh ayahnya. Seorang Ibu yang seharusnya diharapkan bisa memberikan perhatian dan kasih sayangnya, justru menjadi mimpi buruk bagi seorang anak dan bahkan sampai kehilangan nyawanya. Seorang kakak yang seharusnya bisa mendukung adiknya malah tega melukai adiknya.