Oleh. Triana Malenita Dewi
Bagi sebagian orang keluarga adalah tempatnya pulang. Keluarga menjadi tempat berkeluh kesah, bersenda gurau, bercerita panjang lebar tanpa takut ceritanya tersebar, dan tempat berteduh dikala lelah dengan ujian hidup yang tak kunjung reda.
Namun tidak untuk sebagian yang lain. Tak sedikit pula orang yang menganggap bahwa keluarganya adalah musibah untuknya. Keluarganya adalah beban dirinya, dan menjadi pemicu trauma terbesar untuknya.
Seperti kejadian tragis yang baru baru ini menimpa seorang ayah di Cirebon, demi melerai pertikaian kedua anaknya, sang ayah malah merenggang nyawa usai ditusuk oleh sang anak. (Metrotvnews, 24-8- 2024).
Kasus anak membunuh orang tua juga terjadi, kali ini sang anak diduga mengalami gangguan jiwa tega memenggal kepala ibu kandungnya sendiri dan melarikan diri bersama parang yang dibawanya.
Kemudian terdapat pula kasus seorang ibu yang menyiksa anak tirinya hingga meninggal, parahnya lagi alasan sang ibu membunuh bocah berusia enam tahun itu terbilang sepele.
Ia mengaku cemburu dengan anaknya lantaran suaminya cuek dan tak perhatian kepadanya yang tengah hamil. (Sindonews, 23-8-2024).
Dari beberapa kasus di atas, terlihat jelas bahwa tidak ada yang mengurusi kehidupan masyarakat sekarang ini. Tidak ada yang peduli dan tidak ada yang dapat mengatur bagaimana seharusnya hubungan keluarga itu terjalin.
Beginilah akibat penerapan sekularisme kapitalis, menyebabkan hubungan keluarga kalah dengan materi.
Sekularisme menjadikan manusia menjauhkan aturan aturan agama, mengedepankan hawa nafsu dan emosi dibandingkan syariat, akibatnya membuat lupa akan fitrah keluarga yang saling menyayangi dan melindungi.
Fenomena pembunuhan di kalangan keluarga, seperti orang tua membunuh anaknya, anak membunuh orang tua hingga kakak membunuh adiknya, adalah fakta betapa rusaknya bangunan keluarga dalam sistem kapitalisme.
Hal ini juga diperparah dengan abainya negara dalam memenuhi kewajiban. Negara yang harusnya menjaga fungsi dan peran keluarga nyatanya berlepas tangan dan gagal menyejahterakan rakyat.
Negara tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar masyarakat seperti ekonomi serta pendidikan.
Banyak kriminalitas yang terjadi akibat tak terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat. Biaya hidup yang serba mahal serta sulitnya menafkahi keluarga membuat sebagian kepala keluarga harus mengambil jalan pintas yang melanggar syariat.