Oleh : Andira Permatasari
Kedatangan Paus Fransiskus di Masjid Istiqlal disambut sangat romantis oleh Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar dengan kecupan manis di kening Paus Fransiskus dengan iringan pembacaan Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 62 dan surah Al-Hujurat ayat 13 yang dianggap sebagai simbol toleransi. Tentu hal ini merupakan bentuk penghormatan yang terlalu berlebihan terhadap pemimpin kristus tersebut. Terlebih hal ini sering dilakukan kepada non-muslim namun terhadap muslim yaitu kepada ulama mereka sangat membenci hingga menuduh ulama radikal, sungguh hal yang sangat disayangkan sekali apa yang terjadi di negri ini.
Lanjut perihal kedatangan penguasa, atau tokoh ke suatu tempat pasti membawa misi perpolitikan, tidak ujub-ujub datang hanya untuk berkunjung sia-sia, begitupun kedatangan Paus Fransiskus membawa misi politik dengan dalih perdamaian antar umat beragama, dalam kunjungannya, Paus mengatakan bahwa agama bisa membawa terhadap perang yang hanya bisa dilawan dengan kasih sayang dan keharmonisan.
Kata-kata hanga pemanis teori, karna Tentu ini jauh dari fakta yang terjadi saat ini, perdamaian tanpa aksi nihil akan terwujud, inilah yang terjadi saat ini, dengan maraknya diskriminasi terhadap umat islam, terkhusus di genosida di palestina yang tak kunjung usai, jika paus sangat menjunjung perdamaian kenapa abai terhadap krisis kemanusian di palestina, dengan kepemimpinan beliau yang sangat berpengaruh kenapa tidak mampu untuk melakukan perdaiaman di palestina.
Belum lagi yang terjadi di negara vatikan yang dia kuasai terdapat diskriminasi terhadap umat islam yang tidak memperbolehkan umat islam untuk mendirikan masjid, sehingga untuk sholat jum’at dll umat islam harus ke italia jika mau ke masjid.
Dikutip dari (Kemenag, 4-9-2024) salah satu hasil dari kunjungan paus ke indonesia bukanya membawa perdamaian tetapi malah membawa dampak yang buruk, yaitu akan disahkanya misa dengan saran agar misa bersama Paus Fransiskus pada 5 September 2024 disiarkan secara langsung pada pukul 17.00-19.00 WIB di seluruh televisi nasional. Dan selanjutnya agar penanda waktu Magrib ditunjukkan dalam bentuk running text sehingga misa bisa diikuti secara utuh oleh umat Katolik di Indonesia
Sungguh miris negara yang mayoritas muslim tetapi harus mengalah dengan minoritas dengan digantinya suara azan di waktu magrib dengan misa.
Sungguh bulshit apa yang disampaikan oleh pengusa vatikan ini, anehnya para penguasa muslim justru sangat mengagung- agungkan kedatangannya ke negri- negri kaum muslim.
Jelas ini merupakan toeransi dan moderasi yang digunakan barat untuk menyerang umat Islam yang hendak menjalankan agamanya. Umat Islam tidak boleh menjalankan syariat Islam kaffah karena dianggap tidak moderat. Jika tidak toleran dan moderat, umat Islam akan dicap radikal dan termasuk fundamentalis. Umat Islam bahkan dilabeli sebagai teroris dengan tujuan menjauhkan umat islam dari islam kaffah.
Promosi toleransi oleh Paus Fransiskus merupakan bagian dari moderasi yang diaruskan Barat di Dunia Islam untuk mencegah munculnya Islam ideologis yang mereka sebut sebagai Islam radikal. Kampanye ini penting bagi Barat untuk menjaga eksistensi hegemoninya di dunia Islam. Tujuannya adalah agar penjajahan Barat atas dunia Islam tetap eksis dan tidak mendapatkan perlawanan dari umat Islam.
Islam Dalam Mengclearkan Toleransi Beragama