Opini

Rekrutmen CPNS, Mampukah Menyelesaikan Pengangguran di Negeri ini?

152

Oleh Khatimah
(Komunitas Pena Cemerlang)

Beberapa waktu lalu, Pemerintah Kabupaten Bandung membuka rekrutmen CPNS cukup besar, yaitu mencapai 300 formasi terdiri dari 150 tenaga kesehatan dan 150 tenaga teknis. Kuota CPNS di Kabupaten Bandung ini menjadi salah satu kuota terbanyak di Provinsi Jawa Barat.

Seleksi CPNS Pemkab Bandung 2024 terbuka untuk lulusan pendidikan minimal D3 dan D4/S1 dari tenaga kerja honorer hingga profesi dokter. Proses pendaftaran CPNS 2024 yang dilakukan secara online melalui laman https://sscasn.bkn.go.id. telah dibuka 20 Agustus 2024 pukul 17.08.45 WIB sampai 6 September 2024 pukul 23.59 WIB. (Tribunnews.com, 27/08/2024)

Rekrutmen yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Bandung hingga mencapai 300 formasi ini patut diapresiasi karena membuka angin segar bagi yang berkeinginan untuk menjadi pegawai aparatur negara. Tentu bukan hal mudah. Pasalnya para calon harus bisa bersaing, menyiapkan diri secara maksimal baik secara fisik, mental, maupun akademik, juga butuh belajar ekstra supaya mampu menjawab poin-poin pertanyaan dengan baik.

Namun terkadang apa yang diusahakan secara murni harus kandas, karena tidak sesuai dengan fakta yang ada. Tidak jarang dalam tes CPNS terjadi praktik-praktik kecurangan seperti joki dan orang dalam (KKN). Sungguh praktik perjokian sebetulnya sudah menjadi rahasia umum. Bahkan, perjokian ini telah terjadi sejak bertahun-tahun lalu, hanya saja jumlahnya mungkin tidak begitu mencolok. Pada tahun 2023 sejumlah joki tertangkap tangan saat mengikuti proses tes CPNS di Lampung, Sulawesi Selatan, serta Jawa Timur. Identitas para joki yang tertangkap rata-rata berstatus mahasiswa karena tergiur dengan harga imbalan yang mahal. (DetikSumbagsel, 17/11/2023)

Di masa sekarang, praktik kecurangan senantiasa ada baik di dunia pendidikan maupun dunia kerja. Begitupun dalam tes CPNS, persaingan semakin terjal dan berliku-liku. Jika hanya mengandalkan persiapan diri dan kejujuran, banyak dari mereka mengalami kegagalan dan akhirnya tersingkir oleh para pemilik uang dengan jasa joki ataupun orang dalam (KKN).

Di samping itu, rekrutmen CPNS tidak serta merta menyelesaikan masalah banyaknya jumlah pengangguran. Masih banyak di luar sana kepala rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan, bahkan yang bekerja pun terancam PHK, disertai fluktuasi harga sejumlah bahan pokok yang menambah beban ekonomi masyarakat.
Problem pengangguran memang masih menjadi PR besar bagi pemerintah di berbagai negara di dunia, tidak terkecuali Indonesia. Persoalan bangsa ini tak kunjung usai. Semakin hari semakin banyak masalah yang terbengkalai. Negeri ini merupakan bangsa yang besar tetapi penuh permasalahan yang pelik dan carut marut.

Sungguh miris, jika problem ini tidak terselesaikan apakah masih yakin 2045 akan terwujud Indonesia Emas? Jangan-jangan yang ada justru Indonesia cemas. Karena semakin tingginya angka pengangguran dan praktik perjokian.
Padahal bekerja merupakan kunci utama bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya berupa pangan, sandang, dan papan. Sementara itu dalam sistem kapitalisme biaya layanan kesehatan dan pendidikan harus ditanggung sendiri oleh masyarakat. Oleh karena itu, pendapatan dari bekerja juga digunakan untuk menanggung kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut.

Bisa dibayangkan seandainya seorang pencari nafkah, yakni ayah menjadi pengangguran, maka istri dan anak-anaknya akan hidup merana. Bukan hanya hidup dalam kelaparan, tetapi mereka juga akan hidup dalam kebodohan dan rentan terhadap penyakit. Mirisnya, kondisi ini terjadi di negeri yang dianugerahi kekayaan alam yang melimpah ruah, namun tidak mampu mewujudkan kesejahteraan.

Kondisi ini juga menunjukkan bahwa negara gagal mewujudkan kesejahteraan rakyat. Bahkan pengangguran di negeri ini semakin menjadi-jadi dengan kebijakan yang mempermudah tenaga kerja asing masuk dan ikut bersaing. Sebagai implementasi sistem ekonomi neo-liberal yang diterapkan di negeri ini.

Exit mobile version