Opini

Program Makan Gratis Solusi Praktis ala Kapitalis

78

Oleh Tiktik Maysaroh

Aktivis Muslimah Bandung

Sebanyak 150 siswa SDN citalaksana yang berlokasi di kampung Leuweung datar, kecamatan Cangkuang kabupaten Bandung mendapatkan nasi box sebagai uji coba program makan siang gratis yang diusung Presiden Prabowo Subianto. Menu yang disajikan berupa nasi putih, ayam serundeng, sayur tumis, dan buah-buahan.

Nasi box yang diterima oleh siswa-siswi, diantar dan dibagikan oleh jajaran Polresta Bandung, TNI, hingga jajaran dinas pendidikan kabupaten Bandung. Menurut salah seorang murid, dia merasa senang dengan program makan gratis tersebut karena selain enak dia bisa menikmati makan berat yang jarang dilakukan di sekolah. Murid tersebut berharap program makan gratis ini terus dilakukan dan dilaksanakan setiap hari.

Sementara Kepala Satuan Pembinaan Masyarakat Polresta Bandung AKP Hasbi mengungkapkan bahwasanya ujicoba makan gratis’ ini akan dilakukan hingga Kamis (24/10/2024) dengan titik lokasi yang berbeda untuk seluruh siswa sekolah dasar meskipun berada di lokasi terpencil dan tentunya harus tepat sasaran.

Program makan siang gratis menjadi program andalan di antara program-program yang dijanjikan oleh Presiden Prabowo Subianto beserta wakil Gibran. Program makan gratis saat ini sudah dilakukan uji coba di beberapa wilayah termasuk kabupaten Bandung dengan objek tujuan murid SD. Akan tetapi, program tersebut tak memberikan kejelasan arah tujuannya. Apakah untuk memberantas permasalahan stunting dan gizi buruk yang hari ini makin tinggi atau meningkatkan kualitas berpikir generasi?

Sementara itu, jika tujuannya untuk membangun kualitas generasi, maka program tersebut tidak ada relevansinya. Tidak bisa kualitas generasi sekadar didasarkan pada “isi perut” dan mengabaikan “isi kepala”, sebab, pada suatu saat akan menemukan titik jenuhnya. Pasalnya, isi perut tidak selalu menunjang aktivitas berpikir. Sedangkan isi kepala jelas menentukan standar dan hasil dari aktivitas berpikir tersebut.

Ditambah lagi dalam prakteknya, yang menonjol dari program makan gratis ini justru bagi-bagi tender bukan program meningkatkan kualitas gizi masyarakat. Pasalnya, program yang diusung oleh presiden terpilih ini sarat dengan bisnis industrialisasi bagi para korporasi yang berinvestasi pada bidang pangan. Tentu, hal ini menjadi peluang besar untuk meraup keuntungan. Lalu, bagaimana nasib generasi? akankah kualitas mereka meningkat dengan program yang pada akhirnya akan dikuasai oleh para oligarki?

Seharusnya, sudah menjadi kewajiban bagi negara untuk menyediakan layanan terbaik di semua bidang. Namun, sudah menjadi watak dari sistem yang rusak dan merusak disetiap sektor strategis yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat seperti pendidikan senantiasa dikomersialisasikan layaknya barang dagangan.

Jelas, program makan siang gratis bukanlah solusi dari permasalahan yang terjadi, permasalahan akan timbul kembali dan terus ada. Sebab, permasalahan sesungguhnya adalah kemiskinan. Pemerintah seharusnya menetapkan kebijakan untuk menghilangkan atau meminimalkan kemiskinan. Masalahnya, sistem demokrasi kapitalisme meniscayakan kemiskinan terjadi karena negara lalai menjalankan fungsinya sebagai ra‘in (pengurus rakyat).

Sistem demokrasi kapitalisme menyebabkan tingkat kemiskinan makin menjulang, pendapatan masyarakat rendah, lapangan kerja sempit, dan tingginya kenaikan harga pangan bergizi bagi keluarga. Alhasil, kondisi ekonomi yang serba sulit mendorong peningkatan stunting dan gizi buruk.

Exit mobile version