Oleh: Reni Suherni
Produk manufaktur asal Tiongkok terus memasuki pasar domestik Indonesia. Terutama yang paling menonjol dan berdampak adalah produk tekstil dan keramik. Selain itu, barang murah dari Tiongkok sudah lama merambah pasar Indonesia, mencakup alas kaki, baja, kendaraan listrik, aksesori, elektronik, hingga mainan.
Tiongkok terus berinovasi dan memperluas pasar industri dengan meningkatkan efisiensi dan skala ekonomi, yang membuat biaya rata-rata produk mereka lebih rendah dan lebih kompetitif. Produk Tiongkok menawarkan keunggulan dari segi harga dan inovasi yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Dengan skala produksi besar dan dukungan kebijakan pemerintah setempat, produk Tiongkok yang masuk ke Indonesia bisa dijual dengan harga yang sangat rendah, kadang bahkan di luar akal sehat. Untuk memperluas jangkauan pasar internasional, Tiongkok kini merancang peraturan untuk mendorong pembangunan gudang di luar negeri dan memperluas e-commerce lintas batas.
Strategi ini sudah terlihat di Indonesia, seperti pada Tiktok Shop, anak perusahaan ByteDance asal Tiongkok, yang semakin menarik minat konsumen. Akibatnya, produk murah dari Tiongkok membanjiri berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia, yang tercermin dari lonjakan ekspor Tiongkok ke Indonesia.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada semester pertama 2024, nilai impor Indonesia dari Tiongkok meningkat 8,21% secara kumulatif, mencapai US$32,45 miliar. Sayangnya, meskipun kondisi industri Tiongkok mengalami overkapasitas dan pasar Indonesia kebanjiran produk Tiongkok, pemerintah belum melakukan langkah-langkah proteksi yang memadai terhadap industri domestik. Banyak pengusaha, terutama di sektor tekstil, mengeluhkan kondisi ini, namun solusi pemerintah tampak kurang efektif.