OpiniOpini

Pinjol untuk Pendidikan, Dimana Fungsi Negara?

203
×

Pinjol untuk Pendidikan, Dimana Fungsi Negara?

Sebarkan artikel ini

 

Oleh. Najwa Ummu Irsyad

Viral pernyataan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy saat mendukung wacana student loan atau pinjaman online (pinjol) kepada mahasiswa untuk membayar uang kuliah.
Hal itu terjadi sebab ada dorongan dari DPR RI kepada Kemendikbudristek RI dalam menggaet BUMN terkait upaya pemberian bantuan dana biaya kuliah untuk membantu mahasiswa meringankan pembayaran.

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa masuknya pinjol dalam pembiayaan pendidikan adalah sebuah inovasi. Dengan syarat pinjol tersebut resmi, terdaftar dan dapat dipertanggung jawabkan.

Sungguh miris, sikap pejabat negara yang demikian menunjukkan rusaknya paradigma kepemimpinan di negeri ini. Pejabat negara tidak lagi memandang jabatan sebagai amanah mengurus urusan rakyat. Mereka memandang jabatan hanyalah sarana meraup keuntungan dengan bergandeng tangan dengan pengusaha. Bukannya bekerja keras meningkatkan taraf berpikir rakyatnya, malah bekerjasama dengan lembaga pinjol yang justru bisa menghantarkan kerusakan dan merusak masyarakat.

Di saat negara lain berlomba-lomba memberikan beasiswa rakyatnya hingga S-3, alih-alih melakukan hal yang sama, negeri ini justru melipatgandakan Uang Kuliah Tahunan (UKT). Kenaikan UKT hingga 40% tidak dibarengi dengan kenaikan upah kerja, sehingga wajar jika banyak warganya banyak yang mengurungkan diri melanjutkan pendidikan hingga perkuliahan.

Pada saat yang sama pejabat negeri ini justru membuka peluang pinjol sebagai alternatif pembiayaan bagi mahasiswa. Fakta tersebut juga membuktikan lepasnya tanggung jawab negara dalam tercapainya tujuan pendidikan. Realita kenaikan UKT menjadi satu bukti bahwa pendidikan negeri ini disetir oleh kapitalis. Pendidikan bukan ditujukan mencerdaskan rakyat, namun lebih pada komersialisasi pendidikan itu sendiri.

Pendidikan hanya untuk orang kaya, pernyataan tersebut bukan lagi isapan jempol. Kenyataannya memang demikian. Pendidikan dengan kualitas dan fasilitas bagus tidak bisa didapatkan dengan biaya murah. Polemik PPDB yang baru saja terjadi juga semakin membuat kacau dunia pendidikan. Kurikulum merdeka yang diterapkan tidak mampu mencetak generasi unggul. Lantas dari segi mana pendidikan negeri ini yang mampu mengantarkan menuju generasi emas?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *