Opini

PERINGATAN SEREMONIAL ANAK di TENGAH KEGAGALAN NEGARA MELINDUNGI ANAK

218
×

PERINGATAN SEREMONIAL ANAK di TENGAH KEGAGALAN NEGARA MELINDUNGI ANAK

Sebarkan artikel ini

Oleh: Umi Astuti
Pemerhati Keluarga dan Instruktur Go Ngaji

KOMPAS.com – Tanggal 23 Juli 2024 kemarin ada peringatan Hari Anak Nasional. Tahun ini merupakan peringatan Hari Anak Nasional (HAN) yang ke-40.

Setiap tahunnya ada tema yang berbeda-beda. Tema dipilih agar peringatan ini bisa difokuskan ke sejumlah tujuan dan persoalan anak .Tema Hari Anak Nasional 2024 ini sama dengan tahun lalu yakni “Anak Terlindungi, Indonesia Maju” diharapkan anak-anak Indonesia bisa bahagia , tumbuh kembang dengan baik dan hak-hak nya bisa terlindungi sehingga bisa membawa negara Indonesia pada negara maju.

Setiap tahun HAN diperingati, tetapi setiap tahun pula persoalan anak bertambah, tidak terselesaikan. Hal tersebut mencerminkan betapa kita sebagai bangsa, menggantungkan masa depan kita pada anak-anak kita. Ketika mereka bisa bertumbuh kembang dengan baik, mendapatkan pendidikan berkualitas, dan memperoleh jaminan keamanan sampai saatnya mampu mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan bangsa, cita-cita Indonesia maju pun akan terwujud.
Namun faktanya, permasalahan anak sampai saat ini belum ada solusi tuntas.

Negara Gagal Melindungi Anak

Kita bisa lihat fakta-fakta disekitar kita sampai pada kesimpulan bahwa: Apakah negara telah mampu melindungi anak atau justru gagal?
Kasus kekerasan terhadap anak masih marak terjadi.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) melaporkan, para 2023, ada 16.854 anak yang menjadi korban kekerasan. Bahkan, anak korban kekerasan tersebut dapat mengalami lebih dari satu jenis kekerasan. Tercatat, ada 20.205 kejadian kekerasan yang terjadi di dalam negeri pada 2023.
Berbagai kekerasan tersebut tidak hanya secara fisik, tetapi juga psikis, seksual, penelantaran, perdagangan orang, hingga eksploitasi. Jenis kekerasan yang paling banyak terjadi di Tanah Air sepanjang tahun lalu, yakni kekerasan seksual. Jumlahnya mencapai 8.838 kejadian A’udzubila himindzalik .

Ada orang tua yang tega membuang atau menelantarkan anak-anaknya yang masih balita, ibu yang tega menjual anak ke lelaki hidung belang, bahkan ada ibu yang tega mencabuli anak laki-lakinya yang masih di bawah umur demi uang.

Bukan hanya menjadi korban, tidak adanya perlindungan yang semestinya dari negara sehingga membuat anak-anak menjadi pelaku tindak kriminal. Anak-anak gadis melacurkan diri, remaja pelaku tawuran tega membunuh, bullying, pelaku pornografi, hingga menjadi pecandu narkoba , pelaku judi online dan lain-lain.

Anak-anak Indonesia juga masih harus berhadapan dengan berbagai persoalan lain, seperti kemiskinan, stunting, serta rendahnya akses terhadap jaminan kesehatan dan pendidikan.Anak-anak masih juga berhadapan dengan dampak negatif teknologi, seperti kecanduan internet, kejahatan online, dan kekerasan seksual di dunia maya.

Melihat berbagai fakta ini, tentu kita layak mempertanyakan tema HAN ke-40 ini, sejauh manakah negara mampu memberikan perlindungan pada anak Indonesia? Setiap tahun HAN diperingati, tetapi setiap tahun pula persoalan anak bertambah, tidak terselesaikan.

Mengapa negara gagal memberikan perlindungan pada anak?

Banyak faktor penyebab munculnya persoalan anak diantaranya:
1.Umumnya pihak-pihak terkait menuding kemiskinan, pola asuh, lingkungan (keluarga, masyarakat, dan sekolah), budaya, lemahnya penegakan hukum, serta kurangnya pengawasan terhadap implementasi kebijakan, menjadi faktor terjadinya berbagai masalah anak.

2.Liberalisasi atau kebebasan dimana anak dengan bebas berekspresi, berkarya bahkan melihat lihat konten yg tidak seharusnya dilihat.
Pada dasarnya semua bermuara pada kegagalan negara dalam melindungi anak.

Faktor lain yaitu kurang tegasnya hukum di Indonesia.
Hukum ya g dipakai adalah hukum manusia bukan hukum dari Al Kholiq. Hukum rajam, hukuman mati, atau hukuman di hadapan khalayak, ditolak. Akibatnya, hukum menjadi mandul, tidak berefek pencegahan, bahkan tidak membuat jera pelaku kejahatan.

Dengan demikian, berbagai persoalan anak pada dasarnya penyebabnya adalah penerapan sistem yang rusak, sistem yang hanya melahirkan kerusakan dan kebobrokan di semua lini kehidupan. Selayaknya sistem ini kita tinggalkan, berpindah pada sistem yang memuliakan generasi yang telah terbukti saat diterapkan menghasilkan anak-anak berkualitas. Sistem ini adalah Sistem Islam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *