Opini

PERINGATAN HARI ANAK, SUDAHKAH MEREKA SEJAHTERA?

255
×

PERINGATAN HARI ANAK, SUDAHKAH MEREKA SEJAHTERA?

Sebarkan artikel ini

 

KBRN, Jakarta: Hari Anak Nasional (HAN) diperingati setiap tanggal 23 Juli 2024. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mengambil enam poin penting pada peringatan HAN tahun ini. Adapun enam subtema yang dipilih, Suara Anak Membangun Bangsa, Anak Cerdas Berinternet Sehat, Pancasila di Hati Anak Indonesia. Kemudian, Anak Pelopor dan Pelapor, Anak Merdeka dari Kekerasan, Perkawinan Anak, Pekerja Anak, dan Stunting; dan Digital Parenting.Deputi bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA, Nahar mengatakan, HAN 2024 akan mengusung tema ‘Anak Terlindungi, Indonesia Maju’. Benarkah demikian?
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, angka stunting di Indonesia pada tahun 2023 tercatat sebesar 21,5 persen, hanya turun 0,1 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar 21,6 persen.Jakarta – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyoroti berbagai kasus kekerasan terhadap anak. KPAI mencatat sebanyak 262 kasus kekerasan terjadi selama 2023.

Peringatan Hari Anak Nasional senantiasa digelar tiap tahun. Berbagai event diselenggarakan oleh pemerintah untuk memperingatinya. Bahkan hal tersebut seakan menjadi peringatan seremonial yang digelar dari tahun ke tahun tapi tidak ada perubahan bermakna.Sebab, pada faktanya kondisi anak negeri ini bukannya semakin membanggakan, akan tetapi semakin tambah memprihatinkan dan sebagian besar menjadi gen Z yang tidak lagi memiliki orientasi hidup mau apa. Bahkan, seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi problem anak makin bertambah, seperti banyak anak menjadi pelaku judol, sebagai pelaku dan menjadi korban kekerasan. Stunting juga masih tetap genting. Solusi yang dilakukan pemerintah tidak menyentuh akar masalah.

Anak dalam cengkraman sekularisme liberal

Peran keluarga dalam sistem kehidupan yang serba materialistik kapitalistik yang menjadikan para ayah dan ibu sibuk untuk mencari cuan ikut berkontribusi bagi terabaikannya proses pendidikan golden age ,yang pada akhirnya peran keluarga sebagai pelindung sekaligus pendidik utama dan pertama bagi generasi semakin lemah. Ini dari satu sisi,sementara sisi lain yang membuat anak semakin kehilangan jati dirinya untuk apa ia hidup adalah sistem pendidikan hari ini yang justru mempunyai andil besar membentuk generasi sekuler yakni dipisahkan aturan agama dari kehidupan.Kondisi tersebut mengakibatkan hilangnya orientasi negara dalam mencerdaskan generasi bangsa berubah hanya sekedar mencetak para budak korporasi demi menyuplai tenaga kerja murah tanpa kritik.Ditambah lagi dengan penerapan sistem ekonomi neo liberal yang senantiasa berpihak pada kaum borjuis daripada kaum proletar berdampak pada kesenjangan sosial yang sangat tajam.Apalagi saat ini,negara hanya menjadi fasilitator bagi kepentingan para pemilik modal dan abai terhadap kepentingan rakyat terutama pendidikan bagi anak.Hal ini mengindikasikan gagal penguasa membuat anak sejahtera.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *