Opini

Perdagangan Bayi Dalam Pusaran Kapitalisme

195
×

Perdagangan Bayi Dalam Pusaran Kapitalisme

Sebarkan artikel ini

Oleh Sri Yana
Pegiat Literasi

Anak adalah amanah dan titipan terbesar bagi orang tua. Namun, bagaimana jadinya jika amanah yang diberikan Allah tersebut bukan merupakan hal yang diharapkan, seperti hasil perzinahan, anak yang tak diinginkan, atau faktor kemiskinan. Ya, tidak hanya menjadi amanah , Allah juga menguji manusia melalui anak-anaknya, sebagaimana firman Allah Swt, “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.”(TQS. Al-Anfal: 28).

Sebagai amanah maka semestinya orang tua menjaga anaknya dengan baik. Namun, karena perbuatan orang tua, anak kerap menjadi korban, bahkan saat dia baru saja dilahirkan. Terbaru, bayi menjadi korban untuk diperjualbelikan oleh dua orang bidan berinisial JE (44) dan DM (77) di Rumah Bersalin Sarbini Dewi di Tegalrejo, Kota Yogyakarta, DIY. Kasus ini diungkapkan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, pada Jumat (13/12/2023l. (cnnindonesia.com, 13/12/2024).

Modus operandi perdagangan bayi ini berawal dengan menerima jasa perawatan bayi kepada pasangan yang tidak ingin atau tidak bisa merawat bayi. Selain itu, juga memanfaatkan bayi yang lahir akibat perzinaan. Bayi-bayi dari hasil tersebut menjadi target bayi yang akan dijual. Kemudian dicari calon orang tua yang akan mengadopsinya secara ilegal.

Miris memang, kasus perdagangan bayi ini menambah daftar kebobrokan sistem sekularisme kapitalisme. Sistem ini menjadikan kebebasan sebagai dalih untuk melakukan perbuatan yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan cuan sebanyak-banyaknya. Meskipun perbuatan yang dilakukan adalah dosa besar. Sebab, yang menjadi tolok ukurnya adalah keuntungan materi semata.

Demi mendulang materi, orang akan berlomba-lomba mengejar ekonomi yang lebih baik, karena desakan ekonomi yang yang makin sulit. Sekularisme nyata telah menjauhkan setiap individu dari aturan agama. Sehingga meskipun para pelaku adalah bidan yang merupakan pekerjaan mulia dengan membantu menyelamatkan jiwa bayi yang dilahirkan, tetapi hati nurani dan akalnya tertutup dengan hawa nafsu, karena keimanan dan ketakwaan yang lemah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *