Opini

Perbaikan Gizi Generasi Hanya Ilusi? Oleh. Irohima

111

 

Oleh. Irohima
(Pegiat Literasi)

Dalam upaya perbaikan gizi pada generasi, pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp 71 triliun untuk melaksanakan program makan bergizi gratis (MBG) untuk anak-anak dan ibu hamil per hari. Namun ternyata realisasinya anggaran yang ada justru diturunkan.

Porsi per anak yang awal mula berkisar sebesar Rp15.000 namun kemudian diputuskan berubah menjadi Rp10.000 setelah rapat terbatas juga adanya penyesuaian setelah melihat anggaran (CNN Indonesia, 29-11-2024).

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah diuji coba dalam setahun belakangan ini, program ini telah dikenalkan ke beberapa wilayah seperti DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Harapan terpenuhinya kebutuhan gizi generasi agar anak tumbuh sehat melalui program pemberian makanan gratis dengan indeks Rp10.000 /anak makin jauh dari harapan. Perbaikan gizi anak-anak yang ditargetkan menjadi semakin tidak realistis ketika seiring program ini dijalankan, inflasi tengah tinggi serta harga-harga bahan makanan juga semakin naik.

Kriteria makanan sehat dan bergizi adalah makanan yang memiliki nilai gizi yang seimbang dan mengandung nilai gizi esensial tubuh seperti vitamin, mineral, karbohidrat, protein, lemak, kalsium, serat dan juga air. Nilai gizi yang lengkap seperti itu tak bisa didapat dari satu atau dua jenis makanan saja, dibutuhkan beberapa jenis makanan agar nilai gizi tersebut dapat dipenuhi, dan dibutuhkan lebih dari sek1dar Rp10.000 untuk bisa mencukupinya.

Di tengah melambungnya harga bahan makanan, indeks Rp10.000/anak sangat tidak memungkinkan untuk bisa memperbaiki gizi generasi.

Keterbatasan anggaran yang kemudian menjadi alasan turunnya anggaran MBG justru menunjukkan bahwa solusi perbaikan gizi generasi yang dilakukan negara bukan benar-benar solusi yang efektif, ditambah lagi ada banyak proyek yang sebenarnya tidak bersinggungan langsung dengan masyarakat dan sama sekali tidak membawa manfaat untuk rakyat.

Exit mobile version