Opini

PERAYAAN HARI ANAK, DITENGAH KONDISI ANAK YANG TIDAK BAIK-BAIK SAJA

128
×

PERAYAAN HARI ANAK, DITENGAH KONDISI ANAK YANG TIDAK BAIK-BAIK SAJA

Sebarkan artikel ini

By : Mirna Astuti

Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga di Sleman Yogyakarta

 

Baru-baru ini dirayakan peringatan hari anak nasional yang dilaksanakan pada tanggal 23 Juli 2024. Perayaan ini juga mengusung berbagai tema yang berkaitan dengan anak seperti yang dilakukan TIM PLN di Jakarta Raya yang melakukan sosialisasi pada bertema listrik aman untuk anak, tentu hal ini adalah upaya perhatian dan kepedulian terhadap anak bangsa ini. Serentak juga dengan yang dilaksanakan di Jakarta, hari anak juga dirayakan oleh Hotel Paragon di Kota Solo (RRI..co.id) yang melangsungkan perayaan hari anak dengan membagikan popcorn pada anak-anak, dengan tujuan menebar kebahagian pada anak. Terlepas dari hal ini jika melihat perayaan hari anak ini hanya sebatas seremonial yang dilaksanakan berulang namun minim dan bahkan tidak terlihat adanya perubahan yang terjadi pada perkembangan dan pertumbuhan anak, terutama perubahan pada taraf sosial dan kemasyarakatan, serta anak masih bermasalah dilihat dari makin banyaknya problem yang terjadi dan justru melibatkan anak sebagai pelaku kejahatan tersebut.
Sebagaimana baru-baru ini fenomena judi online yang justru melibatkan banyak anak sebagaimana yang disampaikan oleh Ketua PPATK Ivan Yustiavandana mengatakan, terdapat anak-anak berusia 11 hingga 19 tahun terlibat transaksi judi online. Total jumlah anak-anak itu sebanyak 197.054 dengan total depositnya sekitar Rp 293 miliar (Tempo.co, 22/01/24). Data ini cukup mencengangkan karena menunjukan kondisi darurat judi online terhadap anak. Tidak hanya itu, kasus lain juga kerap melibatkan anak seperti pelaku dan korban kekerasan yang menimpa anak, baik kekerasan secara verbal maupun nonverbal juga banyak terjadi. Di tengah kasus yang kian memprihatinkan ini, anak juga terus mengalami masalah kesehatan seperti stunting yang masih menjadi problem genting di tengah masyarakat saat ini.
Melihat berbagai masalah yang menimpa anak saat ini perayaan hari anak nasional yang hanya bersifat seremonial kini perlu untuk diperhatikan kembali agar perayaan hari anak yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak hanya sebatas perayaan semata melainkan penawaran solusi yang menyentuh akar permasalahan.
Terlepas dari itu jika melihat pada pondasi utama anak juga menjadikan permasalahan mengapa anak dapat terlibat berbagai kasus kriminal. Peran keluarga dalam mendidik anak semakin lemah, dimana orang tua disibukkan dengan bekerja dan mencari uang. Bukan semata bekerja tapi hal ini menjadi keharusan karena orang tua menjadi penangung jawab atas kehidupan anak-anaknya, sehingga berbagai cara dilakukan termasuk bekerja siang malam yang juga sebagai upaya dalam memfasilitasi kehidupan anak baik ekonomi maupun pendidikan anak. Sehingga menjadikan tidak hanya ayah yang keluar rumah untuk bekerja melainkan ibu juga. Orang tua yang seharusnya berperan banyak terhadap perkembangan anak terutama ibu, kini melupakan dan menyerahkan peran tersebut pada lembaga pendidikan. Namun yang terjadi pada faktanya pendidikan juga tidak mampu membentuk anak menjadi baik dan terjaga, karena faktanya pendidikan saat ini justru membentuk anak yang sekuler yaitu jauh dan memisahkan agama dari kehidupan. Pendidikan yang hanya disibukan dengan guru yang riuh dengan segala urusan adminstrasi yang menjadikan fokus pendidikan sebagai interaksi pembentukan manusia melalui proses pengajaran juga mulai menyusut yang menjadikan guru terbatas pada melaksanakan tugas semata dan selesai, tanpa melihat terjadi atau tidaknya perubahan pada anak melalui proses pendidikan tersebut.
Ditambah dengan ekonomi yang semakin semeraut dan gagal membuat sejahtera masyarakat, dimana kebutuhan hidup semakin melonjak naik yang dimana segala hal akan menjadikan semakin sulit di tengah lapangan pekerjaan yang juga sempit. Yang menjadikan orang tua juga tidak dapat fokus pada pendidikan anak.
Masyarakat juga dibentuk dengan pandangan yang hanya berasaskan pada materi semata yang menjadikan manusia melakukan segala cara untuk mendapatlan hal yang ingin ia capai sehingga tidak lagi melihat halal atau haram.
*Islam memandang anak*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *