Opini

Peran Pemuda dalam Pembebasan Palestina

86
×

Peran Pemuda dalam Pembebasan Palestina

Sebarkan artikel ini

 

Lebih dari setahun Gaza terperangkap dalam nestapa, namun dunia seolah-olah tuli dan buta akan penderitaan mereka. Teriakan mereka yang memohon secuil asa pun tenggelam dalam hingar bingar dunia dengan segenap persoalannya seiring kepedulian manusia yang makin sirna. Sosial media tak lagi membahana karena tekanan para pemilik kuasa. Isu tentang Gaza dan Palestina seolah dibiarkan menguap ke udara

Kondisi Gaza telah luluh lantak tak tentu arah, serangan Zionis Israel selama 14 bulan terakhir telah mengakibatkan korban jiwa berjatuhan, lebih dari 45.300 orang yang didominasi perempuan dan anak-anak tewas, belum lagi yang terluka. UNRWA (Badan PBB untuk pengungsi Palestina) bahkan mengungkap bahwa setiap satu jam, satu anak Palestina tewas, setidaknya lebih dari 14.500 anak-anak telah meninggal dunia akibat serangan zionis sejak 2023. Meskipun Mahkamah Pidana Internasional telah resmi menyatakan tindakan Israel adalah sebuah genosida dan mengeluarkan perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant atas kejahatan perang di Gaza, nyatanya hingga kini zionis terus membabi buta ( Beritasatu, 25-12-2024).

Israel melakukan serangan brutal di Gaza sejak Oktober 2023 dan telah menewaskan ribuan orang. Serangan ini juga telah menimbulkan dampak besar pada kehidupan rakyat Palestina. Selain mengakibatkan kehancuran berbagai infrastruktur, hampir semua aspek kehidupan rakyat turut rusak, seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Perang ini telah menimbulkan trauma mendalam pada masyarakat khususnya bagi anak-anak, bahkan lebih miris lagi, bisa mengakibatkan hilangnya identitas dan kedaulatan sebuah negara.

Konflik Palestina-Israel disebut sebagai konflik abadi karena telah berlangsung selama lebih dari satu abad dan menjadi konflik terpanjang dalam sejarah. Namun miris, vulgarnya kejahatan yang dipertontonkan oleh Zionis Israel rupanya tak cukup membuat lembaga-lembaga internasional atau para pemimpin dunia melakukan aksi yang nyata dari pada sekedar berbelasungkawa. Mereka justru kerap menjadikan isu Palestina sebagai bahan pencitraan demi keuntungan. Para pemimpin dunia khususnya pemimpin negeri-negeri Muslim bahkan memilih untuk mengambil solusi dua negara yang diarahkan oleh barat sebagai negara pengusung kapitalisme yang jelas-jelas bukan solusi dalam perang ini.

Tidak ada keadilan dalam sistem kapitalis yang menaungi kita sekarang. Sistem yang berasaskan pada manfaat ini justru telah memberikan jalan yang lebar bagi si ‘kuat’ mendominasi yang ‘lemah’, si ‘kaya’ memperbudak si ‘papa’, si ‘penguasa’ membodohi ‘rakyatnya’ dan si ‘penjajah ‘ membantai anak-anak Gaza. Solusi dua negara yang ditawarkan jelas sangat merugikan Palestina, perlu diingat, penjajah itu berkarakter serakah, pengakuan akan identitas mereka adalah jalan pintas untuk mencaplok dan menguasai wilayah Palestina seutuhnya.

 

Rasanya kita tak bisa berharap lagi pada para pemimpin dunia juga pada para pemimpin negeri-negeri Muslim. Sebagai Muslim, kita mesti memiliki agenda sendiri, harus menyatukan pemikiran dan perasaan Islam, kita juga harus menggerakkan para pemuda sebagai harapan masa depan umat dan tulang punggung perubahan serta perbaikan untuk bersegera bangkit melawan semua bentuk ketidakadilan dan kezaliman penguasa, khususnya para pemuda di kawasan Timur Tengah agar segera bangkit melawan rezim di sana dan bergerak untuk membebaskan Palestina. Namun perlu digaris bawahi, bahwa pemuda yang memiliki kesadaran untuk bangkit dari keterpurukan dan melakukan aktivitas tersebut hanya pemuda yang memiliki pemikiran Islam secara menyeluruh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *