Opini

Peran Gen Z dalam Perjuangan Menegakkan Islam Kafah

120

Hasna F.Kh
Pegawai Swasta

“Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya
Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” (Ir. Soekarno)

Pepatah yang diungkapkan oleh Ir. Soekarno mencerminkan kekuatan dan potensi luar biasa yang dimiliki oleh generasi muda. Namun, ironisnya, banyak pemuda saat ini, khususnya Gen Z, menghadapi berbagai tantangan yang menghambat mereka untuk bangkit. Di antara masalah yang mereka hadapi adalah biaya pendidikan yang tinggi, tingkat pengangguran yang meningkat, gangguan mental, serta terjebak dalam gaya hidup yang tidak sehat, seperti FOMO, konsumerisme, dan hedonisme. Kondisi ini menciptakan kesenjangan antara potensi yang ada dan kenyataan yang harus dihadapi. Perhatian khusus diperlukan agar mereka dapat berkontribusi secara maksimal dalam masyarakat.

Gen Z merupakan generasi digital native, tidak bisa kita pungkiri juga. Sementara itu, perkembangan media sosial tidak sekedar menampilkan konten informasi berita, namun juga konten-konten yang menampilkan gaya hidup, pengalaman, pencapaian, penampilan, dan popularitas. Gen Z tidak mengetahui standar kemuliaan yang benar, yang akhirnya mereka suka membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan yang dipamerkan orang lain.
Ketika mereka merasa kurang dibandingkan dengan standar yang ditampilkan muncul kecemasan akan tertinggal atau keterasingan. Bahkan, demi tidak ketinggalan tren, mereka sampai melakukan doom spending alias gemar berhutang. Jika FOMO berlanjut, gaya hidup ini dapat membahayakan generasi muda. Mereka juga terbiasa berperilaku konsumtif hingga krisis identitas.

Sejatinya akar masalah munculnya gaya hidup FOMO tidak serta merta akibat tren media sosial, tetapi mengakarnya pemahaman sekularisme kapitalisme liberalisme di negeri ini. Sekularisme adalah pemahaman yang memisahkan agama dari kehidupan. Sekularisme menjadikan manusia merasa kehidupan di dunia ini tidak terikat dengan aturan agama kecuali masalah spiritual. Maka, lahirlah ideologi kapitalisme yang memandang capaian dan kepuasan materi menjadi tujuan hidup. Maka, tidak aneh atmosfer kehidupan sangat jauh dari nilai agama. Akhirnya, muncul sikap hedonistik, gaya hidup liberal dan konsumtif.

Berbeda dengan sistem Islam dalam menjaga generasi Z dari gaya hidup rusak seperti FOMO, sistem Islam yang diterapkan negara khilafah akan memberikan perlindungan extra kepada semua warganya. Perlindungan ini sebagai cerminan aqidah Islam, yang mengharuskan siapapun wajib terikat dengan aturan Allah Swt. dalam kehidupan.

Exit mobile version