Oleh: Zuliyama, S. Pd
Seks bebas pada remaja merupakan masalah global yang kini belum juga tertuntaskan. Bahaya yang kian banyak juga turut menghantui masyarakat khususnya para orang tua yang khawatir jika hal tersebut menimpa anak tercintanya. Dilansir dari halodoc.com (5/10/2022), bahaya seks pada remaja atau anak usia sekolah meliputi beberapa hal, yaitu: terkena infeksi menular seksual atau IMS terlebih jika tidak menggunakan pengaman seperti kondom, tertular HIV, terkena penyakit kanker, kehamilan yang tidak diinginkan, depresi pasca persalinan, putus sekolah dan gangguan kesehatan mental. Berbagai penanganan dan pencegahan pun kian dilakukan demi menuntaskan permasalahan ini sebagaimana yang dilakukan oleh presiden negara kita, pak Joko Widodo.
Pada Jumat 26 Juli 2024 presiden Joko Widodo mengatur penyediaan alat kontrasepsi bagi anak usia sekolah dan remaja selain adanya informasi dan edukasi melalui peraturan pemerintah (PP) nomor 28 tahun 2024 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang nomor 17 tahun 2023 tentang kesehatan (UU kesehatan). Hal ini termasuk dalam pelayanan kesehatan reproduksi bagi siswa dan remaja yang meliputi deteksi dini penyakit atau skrining, pengobatan, rehabilitasi, konseling dan penyediaan alat kontrasepsi (Tempo.co 1/8/2024).
Namun penyediaan alat kontrasepsi bagi siswa sekolah atau pelajar ini dikecam oleh ketua komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih. Dia menyayangkan terbitnya beleid terkait ini. Menurutnya, beleid tersebut tidak sejalan dengan amanat Pendidikan Nasional yang berasaskan budi pekerti luhur dan menjunjung tinggi norma agama. “Salah langkah kalau kita malah menghianati tujuan besar pendidikan nasioanal yang kita cita-citakan bersama” ujarnya. Sebaliknya ia justru menekankan edukasi melalui pendekatan norma agama dan nilai pekerti luhur yang dianut budaya ketimuran nusantara.
Apa Penyebab Seks Bebas?
Seks bebas dapat terjadi karena banyak hal yang terbagi ke dalam faktor internal dan faktor eksternal. Pada faktor internal, kurangnya keimanan dalam diri remaja merupakan faktor penting terlibatnya remaja pada seks bebas. Pemikiran yang tidak melibatkan aturan Allah ke dalam setiap perbuatan remaja menyebabkan mereka bebas melakukan apa saja tanpa ada pertimbangan benar dan salah. Pada faktor eksternal, seks bebas remaja dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, masyarakat dan negara. Keluarga yang broken home sering kali menjadi pemicu karena remaja tidak mendapatkan kasih sayang di dalam keluarga sehingga mencarinya di luar pada aktivitas yang salah dan berujung seks bebas. Tidak adanya pendidikan agama dan pendidikan seks dari keluarga juga membuat remaja salah langkah hingga terjerumus pada perilaku ini. Pada faktor masyarakat, hal ini dapat terjadi karena lingkungan masyarakat yang membiarkan atau menormalisasi ativitas yang menjerumuskan pada seks bebas seperti pacaran. Adapun dari faktor negara, ketidakseriusan pemerintah meniadakan seks bebas dengan mencegah aktivitas yang menjurus kepada seks bebas juga menjadi penyebab utamanya. Media pornografi begitu mudah diakses kalangan remaja kini. Kalaupun tak berniat mencarinya, iklan-iklan tak senonoh yang bermunculan telah menjadi awal mula munculnya rasa penasaran pada diri mereka.
Solutifkan Penyediaan Alat Kontrasepsi?
Menyolusi bahaya kesehatan akibat seks bebas dengan penyediaan alat kontrasepsi memang tampak seperti solusi. Hal ini sebagaimana dilansir dari halodoc.com bahwa penggunaan alat kontrasepsi khususnya kondom bisa mengurangi risiko infeksi HIV dan mengurangi infeksi gonore dan klamidia baik pada wanita maupun pria sebesar 80%. Besarnya pengurangan risiko ini mungkin bisa mengurangi rasa khawatir para orang tua terhadap anak remajanya mengingat menjamurnya seks bebas pada remaja, dimana BKKBN mencatat bahwa pada remaja usia 16-17 tahun ada sebanyak 60%, usia 14-15 tahun ada sebanyak 20% dan pada usia 19-20 sebanyak 20% (solopos.com, 4//8/2023).
Sayangnya dibalik pengurangan risiko penyakit tersebut, para remaja akan makin tak terkontrol melakukan seks bebas karena adanya kemudahan dalam akses alat kontrasepsi. Kita juga tak bisa menafikkan peluang infeksi penyakit sebesar 20% yang mengancam para remaja. Selain itu, bukankah bahaya gangguan otak akibat pornografi pada remaja yang sejalur dengan seks bebas juga seharusnya diperhitungkan? Bukannya menyolusi, hal ini malah akan menambah masalah baru nantinya.
Memang tak seharusnya berharap pada sistem kini untuk menyolusi permasalahan masyarakat. Sistem kapitalisme yang menjunjung tinggi keuntungan materi dan mengagungkan kebebasan ini hanya akan membuat aturan yang sesuai dengan nafsunya saja sebagaimana keinginan pembuat aturan. Maka sudah selayaknya kita berpindah pada aturan Islam, dengan pencipta manusia yang mengetahui perkara besar dan kecil manusia sebagai pengaturnya.
Bagaimana Islam Menyolusi Seks Bebas?