Oleh Heni
Aktivis Muslimah
Kriteria Pemimpin Menurut Kaum Muda
Tribunjabar.id (3/10/2024) melaporkan bahwa menjelang pemilihan Gubernur Jawa Barat (Jabar) dalam Pilkada 2024, sejumlah tokoh muda melontarkan kriteria calon pemimpin yang diharapkan. Tokoh muda Jabar yang gagasannya selalu progresif, TB Raditya Indrajaya, mengusulkan pentingnya sosok pemimpin yang memiliki visi pembangunan dan mampu menjaga keseimbangan di tengah tantangan modernisasi dan keberagaman masyarakat Jabar.
Jabar utara yang dominan urban, Jabar selatan yang agraris, lalu Jabar timur yang industri hingga Jabar barat yang dominan pariwisata, menunjukkan keberagaman dan potensi masyarakatnya. TB Raditya berharap pembangunan dapat merata di seluruh wilayah. Maka dibutuhkan pemimpin yang bisa menjaga keseimbangan pembangunan di setiap wilayah dan memastikan semua daerah mendapat akses yang sama terhadap sumber daya, infrastruktur, dan kesempatan ekonomi.
Jawa Barat tidak hanya membutuhkan pemimpin yang membangun infrastruktur saja, tetapi juga pemimpin yang membangun manusianya juga agar mendapatkan keadilan untuk setiap tahap kehidupannya. Mulai dari pendidikan berkualitas sejak usia dini, layanan kesehatan yang merata, hingga penyediaan lapangan pekerjaan yang adil serta jaminan sosial bagi warga lansia.
Dengan dilaksanakannya pembangunan infrastruktur dan manusia yang harmonis, TB Raditya yakin bahwa Jabar akan terus berkembang sebagai provinsi yang maju. Namun tetap menjaga kearifan lokal, nilai-nilai tradisional, dan keberlanjutan untuk generasi mendatang.
Harapan Rakyat Hanya Mimpi
Bisa saja generasi muda atau rakyat menentukan kriteria pemimpin ideal, yaitu yang dapat menjaga harmoni hubungan antara dirinya, masyarakat dengan alam. Tetapi, jika proses untuk mewujudkan harapan itu tidak mengikuti kehendak pemilik alam semesta yaitu Allah Swt (tunduk kepada syariat), maka harapan rakyat hanya mimpi. Karena di balik penguasa daerah (gubernur), masih ada yang menyetir arah pembangunan, yaitu para oligarki yang berideologi kapitalis sekuler, yang mengutamakan materi dan akal manusia.
Ideologi kapitalis sekuler hanya bertujuan untuk mencari cuan atau keuntungan. Mereka mewujudkan usahanya mengeruk keuntungan dari sumber daya daerah dengan bekerjasama bersama para penguasa yang membuat aturan. Tidak ada penerapan syariat agama dalam pertimbangan kebijakannya. Sehingga kekuasaan digunakan untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau memuluskan jalan para oligarki yang membantunya saat pemilu. Rakyat diurus sekadar menunaikan kewajiban, tidak dengan niat tulus membantu mencapai kesejahteraannya. Kebijakan untuk rakyat hanya tambal sulam yang tidak menyelesaikan akar masalah.