OpiniOpini

Pemimpin Baru Dalam Sistem Lama

83

 

Oleh: Jelvina Rizka

 

Pelantikan pemimpin baru dalam sistem pemerintahan yang dianggap sudah mapan seringkali dihadapkan pada tantangan perubahan. Ketika janji-janji pembaruan harus berhadapan dengan kompleksitas birokrasi dan regulasi yang telah mengakar. Di tengah harapan besar akan perubahan, pemimpin baru sering kali menghadapi tantangan dari sistem lama yang kaku dan cenderung mempertahankan status quo, sehingga proses reformasi menjadi terhambat atau bahkan tidak terealisasi.

 

Dilansir dari Jakarta (ANTARA) – “Harapan Baru Indonesia Maju” adalah sebuah konsep yang menggambarkan visi besar Indonesia untuk menjadi negara yang lebih makmur, berdaya saing tinggi, dan sejahtera. Di bawah pemerintahan baru yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, Indonesia memiliki peluang untuk mewujudkan harapan ini melalui sejumlah strategi dan kebijakan yang ditujukan untuk memperkuat pembangunan nasional di berbagai sektor. Dengan membentuk kabinet besar diyakini Prabowo akan mampu membawa Indonesia menuju lebih baik. “Harapan Baru Indonesia Maju” mencerminkan optimisme besar terhadap masa depan Indonesia sebagai negara yang maju, inklusif, dan berkelanjutan. Melalui fokus pada inovasi, pembangunan infrastruktur, pemerataan ekonomi, serta penguatan sektor kreatif dan teknologi, Indonesia diharapkan mampu menghadapi tantangan global dengan lebih kuat.

 

Dalam sistem demokrasi yang beroperasi dengan prinsip kapitalisme, kebijakan yang dihasilkan oleh pemimpin sering kali dibatasi oleh kepentingan ekonomi dan politik yang telah mengakar, sehingga perubahan yang diharapkan tidak selalu berjalan sesuai aspirasi rakyat. Meskipun demokrasi memberi ruang bagi suara publik dalam memilih pemimpin, pada praktiknya, kebijakan yang dibuat sering kali lebih mengakomodasi kelompok elit atau pemodal besar, yang memiliki pengaruh kuat dalam proses legislasi dan implementasi kebijakan. Hal ini dapat menciptakan ketimpangan, ketika kebijakan lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi yang menguntungkan segelintir pihak dibandingkan pada kesejahteraan masyarakat luas. Sebagai pemimpin baru, Prabowo dihadapkan pada tantangan untuk mewujudkan janji perubahan tanpa terjebak dalam kepentingan-kepentingan kapitalistik yang dapat menghambat agenda yang berpihak pada rakyat.

 

Exit mobile version