Oleh : Suhirnan, S.Pd
(Aktivis Dakwah Muslimah)
Sudah setahun lebih Palestina menjerit kesakitan meminta bantuan dunia untuk sekedar menghentikan peperangan yang dilakukan penjajah zionis di negerinya. Tak sedikit yang diam, banyak unjuk rasa yang dilakukan dunia agar peperangan ini di hentikan. Namun persoalan ini tak kunjung selesai hingga menelan banyak korban, utamanya anak-anak dan perempuan.
Dilansir dari www.detik.com (01/11/2024) sejak 7 Oktober 2023 Israel terus melakukan serangan brutal terhadap Palestina, bahkan di sekolah-sekolah pun dihancurkan yang mengakibatkan lebih dari 11.825 pelajar tewas, tidak hanya di Gaza melainkan juga di Tepi Barat. Kementerian Pendidikan Palestina menyatakan bahwa pembunuhan terhadap anak usia sekolah mencapai 11.057 jiwa dan lebih dari 16.897 lainnya terluka. Kalangan mahasiswa, sebanyak 681 orang terbunuh dan 1.468 orang lainnya luka-luka. Sementara di Tepi Barat, 79 siswa sekolah dan 35 mahasiswa tewas serta ratusan orang terluka dan di tahan. Sedangkan sebanyak 441 guru dan staf sekolah terbunuh dan 2.491 lainnya juga terluka di Gaza. Kemudian di Tepi Barat, dua staf sekolah tewas, 17 mengalami cedera dan 139 lainnya ditahan.
Disisi lain, ada laporan yang menyatakan bahwa Amerika Serikat terus memberikan bantuan kepada Israel berupa senjata yang bersubsidi mencapai $22,76 miliar dimulai sejak awal perang di Gaza. Dukungan dari Amerika Serikat membuat Israel semakin ganas menyerang Palestina tanpa ampun. Dana yang dikeluarkan pun tidaklah main-main padahal hanya untuk menyerang dan membunuh warga Palestina.
Sedangkan para pemimpin dunia dan lembaga-lembaga internasional tidak berdaya akibat penerapan sistem kapitalisme demokrasi yang diemban saat ini. Akibatnya, penjajahan zionis terus dilakukan dan kembali memakan korban. Anak-anak sekolah yang tak berdosa pun menjadi target serangan, rusaknya sekolah-sekolah, banyak guru yang syahid menjadikan anak-anak Palestina tidak lagi mendapatkan pendidikan yang layak begitupun sarana dan prasarana serta kurikulumnya. Sungguh bentuk kekejian yang nyata adanya.
Ketidakberdayaan dunia inilah tidak memberikan bantuan nyata kepada Palestina, hanya sekedar kecaman yang jelas-jelas tidak memberikan efek jera terhadap penjajah. Para penguasa negeri muslim juga masih tetap mati rasa tak memberikan mobilisasi pasukan militer untuk sekedar membantu membebaskan Palestina. Sehingga makin nyata bahwa sistem kapitalis demokrasi telah gagal dan menjadikan mereka kurang peduli bahkan berkhianat terhadap muslim Palestina. Padahal kita ketahui bahwa umat muslim tersebar seantero dunia yang tentu memiliki power besar untuk mengalahkan para zionis yahudi laknatullah ini. Tapi akibat berhasilnya sistem sekuler kapitalisme diterapkan di negeri-negeri muslim sehingga mematikan makna persaudaraan berdasarkan iman dan Islam. Sistem ini telah berhasil menanamkan pemikiran kaum muslim bahwa kedudukan dan kekuasaan lebih berharga daripada nasib persaudaraan. Inilah bukti nasionalisme yang lahir dari sistem tersebut menghilangkan kepedulian karena ikatan akidah Islam.
Padahal Rasulullah SAW bersabda bahwa umat Islam adalah satu tubuh dan bersaudara, jika tubuh merasakan sakit maka tubuh lainnya ikut merasakannya. Seharusnya umat Islam merasakan sakitnya saudara di Palestina yang setiap harinya dihantui ledakan bom dan berusaha untuk membagun kesadaran akan akar persoalan dan solusi hakiki untuk membebaskan Palestina dari kebengisan penjajah di negerinya. Umat Islam harus menggerakkan penguasa negeri muslim untuk memobilisasi pasukan militer mereka dalam berjihad melawan Zionis Penjajahan diwilayah muslim. Hal ini akan terwujud jika umat muslim bersatu dan berada dalam Khilafah Islamiyah, tentu persatuan inilah yang diharapkan muslim di Palestina untuk membebaskan mereka. Di dalam Khilafah umat muslim akan membangun kesadaran berdasarkan aqidah Islam dan berjuang bersama-sama untuk menegakan keadilan khususnya dalam persoalan Palestina hari ini.