Oleh Khatimah
Pegiat Dakwah
Beberapa waktu lalu Pemerintah Kabupaten Bandung melaksanakan kampanye bersama dalam rangka Menstrual Hygiene Day (MHD) dengan tema edukasi pubertas dan manajemen kebersihan menstruasi (MKM). Di mana dalam kegiatan tersebut dihadiri sejumlah organisasi perangkat daerah, lembaga pendidikan, kesehatan dan pihak lainnya. Turut pula hadir Bupati Bandung Dadang Supriatna untuk memberi sambutan dan apresiasi kepada Speak Indonesia dan Unicef serta pihak lainnya yang telah menginspirasi kegiatan tersebut.
Kegiatan MHD dihadiri 32.000 peserta, baik yang hadir secara langsung di Dome Bale Rame maupun melalui zoom yang tersebar di Kabupaten Bandung. Di acara tersebut Dadang Supriatna mengimbau masyarakat supaya tidak terjadi pernikahan dini, dan tetap fokus pada tujuan dan cita-cita yang akan menjadi motivasi untuk bekerja dan belajar. Ia menekankan harus memiliki niat untuk memberikan penghargaan terbaik kepada orangtua, dengan rajin belajar dan mengikuti aturan-aturan yang sudah ditentukan. Karena remaja saat ini dipersiapkan untuk menghadapi generasi Indonesia Emas tahun 2045. Bupati Dadang berharap agar para remaja belajar sungguh-sungguh, untuk peningkatan sumber daya manusia yang profesional dan paham digitalisasi. (NewsBandungRaya.com, 28/05/2024)
Mungkin ini salah satu kepedulian negara terhadap peserta didik, untuk mempersiapkan generasi emas tahun 2045 dan sudah seharusnya negara mendorong pemuda dn pemudi untuk semangat belajar agar meraih cita-cita dan bisa membuat orangtua bangga.
Namun sangat disayangkan jika pemerintah hanya fokus pada hal itu saja. Kesehatan memang perlu dijaga, bukan hanya kesehatan reproduksi perempuan yang salah satunya dari siklus menstruasi. Tapi yang paling urgen adalah bagaimana menjaga kesehatan mental generasi akibat pergaulan bebas, sek di luar nikah hingga berujung hamil, kemudian aborsi. Ini adalah fakta yang tidak bisa terbantahkan yang akan mengancam kesehatan fisik atau reproduksi perempuan di masa mendatang, dan ini butuh solusi pasti bukan semata imbauan atau larangan. Pernikahan yang seharusnya bisa menyelamatkan kesehatan dan mental generasi, harus terjegal dengan adanya batas usia menikah.
Belum lagi penyebaran HIV AIDS tumbuh subur dan juga penggunaan narkoba di kalangan remaja, sungguh sangat memprihatinkan. Kondisi ini menyebabkan generasi muda kian terpuruk, maka harapan munculnya generasi emas yang sehat pun utopis semata.
Perilaku-perilaku tersebut tak lain, karena generasi telah tarasuki paham kebebasan dan budaya hedonistik, yang keduanya produk dari sistem sekularisme liberal. Sekularisme adalah sistem yang memisahkan agama dari kehidupan, dan mencukupkan agama hanya dalam ibadah ritual saja. Begitupun dengan sistem liberal yang memberi kebebasan individu melakukan apapun tanpa batasan atas nama HAM. Banyak generasi muda bebas melakukan perbuatan sekehendaknya, meskipun melanggar norma sosial dan norma agama, dengan dalih selagi tidak merugikan dan mengganggu orang lain maka itu sah-sah saja.
Di sinilah seharusnya negara hadir meluruskan bahaya paham sekularisme liberal dan berupaya mencampakkannya, ketimbang memperingati hal-hal cabang seperti MHD di atas. Negara jangan hanya fokus pada kecerdasan pengetahuan umumnya saja, tapi dangkal dalam ilmu agama. Sedangkan kemunduran moral dan akhlak generasi tak diperhatikan. Maka berharap terwujudnya generasi cemerlang dalam sistem yang ada saat ini hanya angan semata. Program-program yang digulirkan pun tak lebih hanya sekedar seremonial tanpa capaian yang berarti.