Oleh Ummu Fatimah
Puluhan peternak sapi perah dan pengepul susu di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah dalam beberapa waktu terakhir ini terpaksa membuang susu hasil panen mereka (8/11/2024). Mereka juga melakukan aksi membagi-bagikan susu secara gratis kepada warga di kawasan Simpang Lima Boyolali Kota. Sebanyak 500 liter susu ludes diserbu warga sekitar hanya dalam waktu 15 menit. Tak hanya membagikan susu gratis, ratusan peternak sapi perah hingga pengepul susu sapi di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah juga menggelar aksi membuang susu untuk mandi di Tugu Patung. Ada juga susu yang dibuang ke tempat pembuangan akhir atau TPS Winong Boyolali. Sesampainya di lokasi pembuangan ribuan liter susu dalam drum dituangkan begitu saja dari atas bak mobil pick up.
Semua hal itu dilakukan sebagai bentuk protes lantaran pabrik atau industri pengolahan susu membatasi kuota penerimaan pasokan susu dari para peternak dan pengepul susu. Pembatasan itu berlaku sejak September lalu.
Kebijakan impor yang akan dilakukan oleh pemerintah diduga menjadi sebab peternak sapi kesulitan menyalurkan susu sapi ke industri pengolahan susu. Apalagi ada wacana terbaru bahwa Kementan akan mengundang investor Vietnam untuk memenuhi 1,8 juta ton susu sapi program Makan Bergizi Gratis atau MBG. Dari sini tampak negara tidak memberi jaminan perlindungan terhadap usaha peternak sapi perah lokal dan tidak memberikan jaminan kepastian pasar dari susu segar yang mereka hasilkan.
Bisa jadi memang ada penyebab lain terkait menurunnya penerimaan susu oleh industri pengolah susu seperti daya beli masyarakat yang turun atau pun ada perbaikan grade standar kualitas. Namun tidak adanya alternatif lain untuk penyerapan susu lokal ini akibat adanya pembatasan penerimaan susu oleh pabrik jelas merugikan para peternak sapi. Jaminan perlindungan peternak susu sapi seharusnya menjadi tanggung jawab negara bukan komunitas masyarakat. Negara seharusnya selalu hadir dalam setiap kepentingan rakyat, melindungi nasib peternak melalui kebijakan yang berpihak pada mereka. Baik dalam hal menjaga mutu maupun dalam menampung hasil susu.
Namun faktanya negara yang terjerat oleh sistem ekonomi kapitalisme ini lebih condong pada pengusaha. Juga mudah mengeluarkan kebijakan impor dengan klaim sedang memenuhi stok kebutuhan nasional. Padahal kebijakan impor ini banyak dimanfaatkan para mafia pangan untuk mendapat keuntungan. Kebijakan impor susu tentu membuat para peternak berada pada posisi lemah, mengalah dan lama-lama terpaksa meninggalkan profesinya. Kesejahteraan mustahil lahir dari sistem kapitalisme.