Oleh : Nursiyah Hidayati, STP
Baru-baru ini kita dikejutkan pada fenomena aksi buang susu yang dilakukan oleh para peternak sapi perah di beberapa kota di Indonesia. Sebut saja di Boyolali, Jawa Tengah. Setelah membagikan susu secara gratis di kawasan Simpang Lima, Boyolali, mereka mendatangi kantor dinas peternakan Kabupaten Boyolali untuk menyampaikan permasalahan mereka dan meminta izin untuk membuang susu sapi yang tidak diterima pabrik/Industri Pengolahan Susu (IPS).
Di Pasuruan, Jawa Timur aksi serupa juga terjadi. Bahkan ratusan peternak sapi perah ini mandi dengan susu yang tidak diterima pabrik.
Tentu kondisi ini sangat memprihatikan. Menurut ketua Koperasi Peternak dan Susu Merapi (KPSM) Seruni, Boyolali, Sugianto setidaknya dalam 2 minggu terakhir susu yang terbuang mencapai 33 ton atau 33 ribu liter.
Sementara Dewan Persusuan Nasional (DPN) mencatat ada 200 ton susu segar dibuang setiap hari. Kerugiannya mencapai ratusan juta rupiah.
*Faktor Penyebab*
Pembatasan kuota susu yang diterima oleh pabrik menjadi sebab melimpahkan panen yang tidak terserap. Pembatasan sudah dilakukan sejak bulan September 2024. Berdasarkan informasi dari pihak pabrik/IPS pembatasan kuota penerimaan susu segar dikarenakan ada pemeliharaan mesin, menurunnya daya beli konsumen, dan perbaikan standar kualitas. Disisi lain ada indikasi dibukanya kran impor susu oleh pemerintah melalui kementerian perdagangan. Bahkan menteri pertanian ikut mengambil peran dengan mengundang investor Vietnam untuk memenuhi 1,8 juta ton susu sapi dalam program makan bergizi gratis (25 Oktober 2024).
Kebijakan impor tentu saja akan berdampak pada para peternak sapi perah. Mereka akan kesulitan menyalurkan susu ke Industri Pengolahan Susu dan akhirnya mereka merugi.
Untuk memenuhi kebutuhan susu nasional, para peternak siap untuk mensuplaynya. KPSM menyebut bahwa produksi susu dari peternak mereka mencapai 10 ribu ton atau 10 ribu liter per hari. Belum lagi di wilayah lainnya. Jikapun kurang, tentu tidak akan terlalu banyak.