Opini

Naiknya Tunjangan, Akankah Guru Sejahtera?

101
×

Naiknya Tunjangan, Akankah Guru Sejahtera?

Sebarkan artikel ini

Oleh: Ika Widi Utami S.Mat
(Pendidik Generasi)

Presiden Prabowo Subianto mengumumkan akan menaikkan gaji guru pada puncak Hari Guru Nasional, Kamis (28/11/2024) lalu. Namun belakangan organisasi guru dan aktivis pendidikan mempertanyakan rencana tersebut. Presiden Prabowo menyatakan gaji guru yang berstatus ASN akan naik sebesar satu kali lipat dari gaji pokok. Sedangkan gaji guru non-ASN nilai tunjangan profesinya akan naik sebesar Rp 2 juta per bulan (detik.com, 30-11-2024).

Dilansir dalam Tempo.co (2-12-2024), Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Heru Purnomo membeberkan persepsi yang muncul usai Presiden Prabowo Subianto mengumumkan kenaikan gaji guru. Kata Heru, FSGI mendesak pemerintah mengklarifikasi kebijakan kenaikan gaji guru. Menaikkan gaji guru adalah hal yang mustahil. Sebab, kata dia, tidak ada sumber dananya. “Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kita sudah minus karena harus membiayai makan bergizi gratis Rp 10.000 per siswa per hari,” kata Heru.

Kabar yang lagi hangat dibincangkan ini jelas menggambarkan pemerintah abai atau tidak serius dalam menjamin kesejahteraan guru. Kesejahteraan guru akankah terjadi bilamana hanya tunjangan guru saja yang dinaikkan, guru juga memikirkan kebutuhan lain yang berkaitan dengan kondisi perekonomian yang melingkupi masyarakat.

Apa sih Akar Masalah dari Guru yang Tidak Sejahtera?

Sistem ekonomi kapitalisme dalam penerapannya sampai saat ini sangat dirasakan oleh sebagian besar masyarakat tak terkecuali guru. Pasalnya kebutuhan pokok yang serba mahal dan begitu besar yang harus ditanggung setiap individu masyarakat. Dari segi kenaikan harga bahan pangan, BBM, listrik, sampai mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan tak sebanding kenaikannya dibanding naiknya gaji guru saat ini. Banyak dijumpai guru juga tidak fokus dalam mengajar dikarenakan guru juga masih memikirkan mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi kekurangan biaya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Bahkan kita temui dibanyak media, guru sampai terjerat dalam pinjaman online hingga judi online.

Dalam sistem kapitalisme guru dipandang sebagai faktor produksi semata yang hanya digunakan sebagai pencetak generasi yang mampu terjun ke dalam dunia kerja nantinya. Dengan dalih semakin banyak generasi yang ahli dalam pekerjaan, berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negara ini. Parahnya lagi, peran negara yang harusnya menjadi pengurus (raa’ in) tak ditemui dalam sistem ekonomi kapitalisme. Negara hanya mengejar keuntungan demi pertumbuhan ekonomi yang saat ini jelas tak sejalan dengan kesejahteraan masyarakat (guru).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *