Rengganis Santika STP
Menjelang bulan November, beberapa wilayah di kabupaten Bandung sudah mulai dilanda hujan. Intensitas hujan memang belum tinggi namun sudah terjadi genangan-genangan yang cukup parah dibeberapa titik. Terutama di daerah-daerah yang selama ini dikenal rawan banjir. Seperti di kecamatan Baleendah, dayeuhkolot, bojongsoang dan Cangkuang serta beberapa daerah lainnya. Belum lagi problem sampah di Kabupaten Bandung yang belum juga teratasi, dipastikan akan menambah rumitnya penanggulangan banjir. Seharusnya hal ini menjadi peringatan keras bagi semua pihak terutama pemerintah daerah dan warga. Sudah siapkah pemda dan warga kabupaten Bandung menghadapi musim penghujan mendatang?
Realitas Berulang Banjir Di Kabupaten Bandung
Belum lama ini pada 27 oktober 2024, terjadi hujan di sekitar rumah sakit daerah al ihsan di kecamatan Baleendah, yang mengakibatkan terjadinya genangan setinggi betis orang dewasa sehingga cukup mengganggu arus lalu lintas. Padahal hujan turun tidak terlalu lebat dan lama namun sudah mengakibatkan genangan/banjir. Bagaimana bila musim penghujan sudah benar-benar terjadi? Tentu kondisinya akan lebih parah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) beberapa waktu lalu mengadakan sosialisasi menghadapi banjir dan longsor di daerah rawan bencana seperti di Kecamatan Cangkuang. Sosialisasi dilakukan dalam rangka antisipasi bencana terutama jelang pilkada 27 november nanti dan meningkatkan kewaspadaan warga (AyoBandung.com, jumat 18 Oktober 2024)
Banjir dan longsor di musim penghujan adalah realitas yang terus berulang. Ini artinya solusi penanggulangannya selama ini tidak pernah tuntas. Di beberapa titik bahkan sudah menjadi langganan banjir. Penyebab banjir tentu bukan semata tingginya curah hujan. Penyebabnya pun tidak tunggal tapi terkait banyak aspek. Seperti semakin buruknya daya dukung lingkungan, banyaknya sampah di sungai dan saluran air, masifnya alih fungsi lahan, dan pembangunan perumahan serta kawasan industri didaerah hijau dan resapan yang tak terkendali. Ditambah buruknya drainase. Jelas banjir adalah masalah sistemik tidak bisa diselesaikan secara parsial.
Solusi Banjir Sekedar Mengatasi Akibat Tidak Menyentuh Akar Masalah.
Banjir adalah problem sistemik, maka solusinyapun harus menyentuh akar masalah. Nampak solusi yang dilakukan pemerintah daerah kabupaten Bandung adalah mengatasi akibat saja. Seperti pengerukan sungai Citarum, membuat danau buatan/retensi untuk menampung air saat banjir. Membangun rumah pompa dan memperlebar saluran air. Menyiapkan satgas banjir. Sementara problem hulu dan akar masalahnya tidak pernah terselesaikan. Akhirnya banjir terus berulang seperti ritual tahunan.
Problem hulu yaitu rusaknya daya dukung lingkungan terus berlangsung, fakta ini tidak terlepas dari penerapan sistem kapitalisme sekuler, yang berorientasi materi/keuntungan dengan azas manfaat. Inilah akar masalahnya. Kapitalisme tak peduli halal haram, mashlahat atau tidak. Para kapital dan oligart seperti developer properti dan pengusaha industri tanpa mengantongi amdal (analisis dampak lingkungan) bisa mendapat izin membuka lahan. Demi mengejar untung mereka kongkalikong dengan aparat negara. Kapitalisme yang landasannya sekularisme menciptakan watak serakah menghalalkan segala cara. Banyak proyek jadi ajang korupsi. Apalagi saat ini jelang pilkada penguasa sibuk mengamankan kekuasaan bukan melaksanakan amanah mengurus rakyat. Akhirnya yang menanggung rugi kembali rakyat kecil.
Ideologi Islam Menyelesaikan Masalah Secara Komprehensif
Sebuah ideologi memiliki landasan (aqidah) dan sistem aturan (nidzom). Berbeda dengan ideologi kapitalisme dengan aqidah sekulerismenya, ideologi islam dengan konsep aqidah dan aturannya menjadikan kesejahteraan rakyat sebagai filosofi pembangunan. Pemimpin negara dalam islam sebagai ra’in (pengurus) dan junnah (pelindung) rakyat. Penerapan syariat islam secara kaffah yang menjamin solusi komprehensif, sistemik. Tiga pilar solusi yaitu ketakwaan individu, dengan iman rakyat diedukasi menjaga lingkungan, tidak buang sampah sembarangan.
Kemudian kontrol masyarakat sehingga peduli lingkungan. Dan yang terpenting tentu peran negara. Negara memastikan pengelolaan lahan, swasta tidak bisa seenaknya berbisnis. Menjaga kepemilikan umum. Aparat negara bertakwa memiliki integritas dan amanah, ditunjang stabilitas ekonomi yang kuat sehingga negara memastikan infrastruktur pencegah banjir seperti drainase disiapkan. Negara yang menerapkan islam pasti sangat mendukung teknologi bagi kemashlahatan umat seperti teknologi pengelolaan sampah. Inilah solusi islam, banjir teratasi. Paling tidak diminimalisir dampaknya. Wallahu ‘alam