Oleh: Desy Purwanti
(Aktivis Dakwah)
Beberapa waktu lalu dunia maya dihebohkan dengan tindak kriminal yang dilakukan oleh anak terhadap orang tuanya. Fenomena ini menandakan bahwa pembentukan karakter generasi masih jauh dari yang diharapkan. Baik di lingkungan keluarga, maupun di lingkunagn sekolah. Sebagaimana kasus berdarah yang terjadi di Lebak Bulus.
Dikutip dari halaman Suara.com – Seorang anak di Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan, menusuk ayah, nenek dan ibu dengan sebilah pisau. Peristiwa ini menyebabkan ayah dan nenek tewas. Sedangkan ibu pelaku mengalami luka parah.
Pelaku dikabarkan masih berusia 14 tahun.
Kapolsek Cilandak Kompol Febriman Sarlase menyebut ayah dan nenek pelaku ditemukan tewas dalam kondisi bersimbah darah di lantai dasar rumah.
“Untuk ibunya sementara sudah kita bawa ke Rumah Sakit Fatmawati dalam keadaan luka berat,” ungkapnya.
Kasus yang Berulang
Kasus anak membunuh orang tua tidak hanya terjadi satu dua kali, namun merupakan fenomena yang itu berarti merupakan problem karena persoalan sistemis. Hal ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan memperbaiki kepribadian individu anak.
Ada banyak faktor yang menyebabkan anak berurusan dengan hukum. Dan, semua itu terkait dengan sistem hari ini yang merusak fitrah manusia, termasuk mengubah karakter masyarakat menjadi masyarakat yang terbiasa dengan kekerasan.
Kondisi ini diperparah dengan negara yang tidak menjalankan fungsinya termasuk dalam menyelenggarakan sistem pendidikan yang memiliki visi membina kepribadian dan menjaga kesehatan mental generasi.
Sistem pendidikan yang sekuler, yaitu memisahkan agama dari kehidupan membuat karakter generasi semakin memburuk. Visi misi pendidikan membangun generasi saleh/salihah, berakhlak mulia, dan berkepribadian Islam tidak akan bisa tercapai dengan sistem pendidikan sekuler.