Oleh: Nadiya Dwi Puspita
Penggiat Literasi
Bhabinkamtibmas Desa Cibiru Wetan, Aipda Ence Mulyana sebagai wakil Kapolsek Cieunyi melaksanakan dialogis dengan siswa SMAN 1 Cileunyi serta bimbingan dan penyuluhan (binluh) tentang kenakalan remaja. Beliau mengajak para pelajar untuk menghindari perilaku menyimpang maupun Tindakan yang melanggar hukum, seperti bullying atau perundungan, tawuran, penyalahgunaan narkoba maupun seks bebas. Tujuan sosialisasi dan binluh ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada pelajar tentang dampak dan bahaya dari kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba. (jurnalpolri.com, 16/7/24)
Data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), terdapat 49 jaringan narkotika internasional dan nasional yang telah menyebar di desa dan kota di Indonesia. Prevalensi pengguna narkoba meningkat mencapai 4,8 juta dan kebanyakan dari mereka adalah remaja. Adapun pergaulan bebas, kian hari dianggap menjadi sesuatu yang biasa. Pergaulan bebas menjadikan pelakunya bermasa depan suram dan menjadi pintu terbukanya problematika lainnya, seperti tingginya aborsi, angka kematian ibu, stunting, juga remaja putus sekolah.
Menyikapi hal tersebut, perlu kita kaji apa yang menjadi akar penyebab masalah kenakalan remaja. Sebenarnya, ini merupakan akibat dari ide kebebasan berpendapat dan bertingkah laku membuat seseorang bebas melakukan sesuatu tanpa mempedulikan halal atau haram. Ide ini muncul dari pemikiran sekulerisme liberalisme yang merupakan turunan dari sistem hidup kapitalisme). Sayangnya, ide ‘kebebasan’ ini begitu kuat menancap di benak kaum muslim dan generasinya. Sehingga selama pemikiran ini masih bercokol di tengah cara berpikir umat dan remajanya, maka masalah ini hanya akan berulang, tidak akan pernah terselesaikan bahkan bisa jadi akan semakin parah.