Oleh : Sopiyah
Beberapa waktu lalu viral sebuah boneka yang sangat di buru oleh masyarakat.
Boneka Labubu menjadi viral setelah salah satu idol K-Pop member Blackpink, Lisa memamerkannya sebagai gantungan atau mainan tasnya.
Tak hanya di Indonesia, popularitas Labubu merata hingga Jepang, Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Tren inilah yang menjadikan minat terhadap pembelian Labubu melesat belakangan ini.
Setelah viralnya boneka Labubu, lalu muncul pula kerusuhan masyarakat yang rela mengantri di Pop Mart bahkan saling berebut demi mendapatkannya. ( Liputan6, 25-09-2024)
Bukan hanya rela mengantri tapi konsumen yang kebanyakan gen z ini tidak sedikit merogoh kocek untuk sebuah boneka labubu dari yang harganya 300 ribu sampai 1 juta lebih mereka rela untuk mengeluarkannya.
Masyarakat yang kebanyakan FOMO ini tidak melihat dulu barang yang mereka beli ini bermanfaat atau tidak, karena yang mereka pikirkan adalah apapun itu yang sedang viral maka harus di ikuti.
FOMO atau fear of missing out adalah gejala sosial yang timbul ketika seseorang tidak ingin ketinggalan dan tidak mau sendirian. Seseorang dapat bersikap FOMO karena pengaruh dari internet dan media sosial. Membuatnya ingin mendapatkan pengalaman yang dimiliki orang lain. FOMO kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian orang FOMO karena ingin mencari perhatian dari orang lain. (Kompascom, 21-09-2024)
Bukan hanya labubu saja tapi apa-apa yang viral di sosmed mereka harus punya dan harus melakukan. Menjadikan para gen z generasi pembebek yang mengejar kepopuleran. Mereka merasa tertinggal jika tidak mengikuti trend viral tersebut.
Inilah dampak dari sistem demokrasi yang mengagungkan kebebasan hingga melahirkan generasi yang sekuler dan konsumtif. Para individu-individu konsumen ini berpegang pada kebebasan atau liberalisme, mereka berpikir selama mereka bisa membeli, ya kenapa engga toh itu uang-uang mereka.