Opini

MINIMNYA SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN DALAM SISTEM KAPITALISME

106

By : Yuli Ummu Shabira

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan masa depan dan kemajuan bangsa yang akan menciptakan sebuah generasi peradaban unggul.

Dilansir dari Media Detik. Com.Jabar. Pada hari Jumat Tanggal 27 September 2024. Mengatakan bahwa beredarnya sebuah vidio, yang memperlihatkan sejumlah siswa – siswi yang berseragam SMP. Melakukan kegiatan Belajar Mengajar (KBM), dengan beralaskan plastik terpal berwarna biru, disebuah sekolah SMP Negeri di kota Bandung. Yakni SMPN 60 Bandung.

Dalam Vidio tersebut, di perlihatkan tidak ada kursi atau pun meja untuk mereka belajar. Mereka duduk lesehan untuk mendengarkan pelajaran yang di sampaikan oleh gurunya.

Menurut Ibu Rita Nurbaini, Selaku Humas SMPN 60 Bandung, mengatakan bahwa bukan tidak ada kursi dan meja untuk para Siswanya belajar.
Melainkan karena Kursi dan Meja bantuan dari Disdik Kota Bandung, ada tersimpan di teras sekolah. Kursi dan Meja tersebut tidak digunakan karena Siswa SMPN 60 Bandung Menumpang Belajar di Bangunan Sekolah SDN 192 Ciburuy, Regol, Kota Bandung.

Saat ini, ada sekitar 270 Siswa SMPN 60 Bandung, Yang terbagi pada dua Rombongan belajar. Untuk kelas 7, Empat Kelas untuk Kelas 8, dan Tiga Kelas untuk Kelas 9.
Dan kondisi seperti ini, terjadi Sejak tahun 2018 atau Sejak Sekolah ini didirikan.

Jika penyediaan Sarana dan Prasarana tidak terpenuhi dengan baik, apakah mungkin kita dapat mewujudkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas yang akan mencetak dan membentuk generasi yang unggul dengan fasilitas yang minim dan ala kadarnya?.

Tentu tidak, karena pendidikan merupakan persoalan yang sangat penting untuk menentukan masa depan bangsa dan generasi.
Sayangnya, saat ini persoalan pendidikan sangatlah rumit. Salah satunya terkait pengadaan fasilitas sarana dan prasarana. Bukan hanya tidak mempunyai fasilitas gedung sendiri, tetapi masih banyak gedung sekolah yang rusak serta minim fasilitasnya.

Salah satu penyebabnya adalah kurangnya anggaran dari pemerintah untuk membangun, merenovasi sarana dan prasarana sekolah. Belum lagi naiknya anggaran pendidikan dari tahun ke tahun untuk masalah sarana dan prasarana belum dirasakan manfaatnya. Masalah pendidikan masih kutat pada masalah yang sama, yaitu mahalnya biaya pendidikan, literasi baca dan kemampuan sains siswa menurun, belum lagi gaji para guru sebagai pendidik jauh dari kelayakan, serta fasilitas pendidikan yang minim bahkan rusak.
Dan sistem zonasi yang sedianya untuk pemerataan pendidikan justru menambah kesenjangan.

Disisi lain, tujuan pendidikan dalam sistem kapitalisme, berorientasi kan sebatas materi dan duniawi semata,dalam membentuk generasinya hanya untuk menghasilkan pundi pundi uang. Serta diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar saja. Alhasil, bersekolah hanya sebatas didasari pada kebutuhan untuk mendapatkan ijazah kelulusan agar nantinya bisa bekerja.

Belum lagi negara tidak menjalankan fungsinya sebagai Rain ( pemimpin dan pelayan umat), untuk memastikan apakah setiap sekolah yang berstatus milik negara bisa terpenuhi sarana dan prasarananya, sehingga masalah ketiadaan gedung sekolah dapat diatasi dengan segera serta tepat sasaran.

Berbeda dengan pendidikan dalam sistem Islam.

Exit mobile version