Oleh: Erik Sri Widayati, S.Si.
Peradaban manusia terus lestari karena pernikahan. Akan tetapi pernikahan bukanlah sekedar tempat bagi munculnya generasi manusia. Ada banyak aspek yang terlibat. Sehingga sebuah pernikahan yang langgeng bukanlah sesuatu yang mudah diwujudkan. Butuh upaya merawatnya. Bagaimana tidak, banyak dari pernikahan yang tumbang di tengah jalan akibat banyak hal. Tentu dampaknya akan sangat banyak terutama jika telah terlahir anak. Maka dampak psikologis dapat terjadi hingga anak telah dewasa.
Diakui atau tidak masyarakat kita sekuler, dimana agama dipisahkan dari kehidupan. Termasuk dalam menilai pernikahan. Untung rugi secara materi sangat dipertimbangkan. Harta, penampilan fisik dan kehormatan menjadi aspek yang dipentingkan. Sehingga ketika dalam perjalanan pernikahan aspek yang sifatnya materi sudah semakin berkurang menyebabkan hambarnya rasa dalam pernikahan.
Bagaimana Merawat Pernikahan
1. Mengingat kembali tujuan pernikahan
Sebagaimana bangunan, pernikahan harus memiliki pondasi yang kuat, yaitu tujuan pernikahan. Dalam Islam semua perbuatan dilakukan dalam rangka ibadah kepada Allah termasuk pernikahan. Maka pernikahan hanya berharap menggapai rida Allah Ta’ala. Walaupun dirasakan berat berikutnya akan terasa ringan karena berbalas surga.
Bahkan dalam Al qur’an surat An-Nisa (4): 21, pernikahan disebut sebagai “mitsaqan ghalidza” perjanjian yang kuat atau perjanjian yang agung. Pernikahan adalah perjanjian dengan nama Allah. Dengan ikatan mulia ini Allah sambungkan satu dengan yang lain dalam kekerabatan menuju surga. Jadi ikatan antara suami dan istri bukan ikatan yang main-main.
2. Selalu instrospeksi diri.
Dalam mengarungi kehidupan rumah tangga banyak sekali masalah yang muncul. Bisa jadi karena saling tidak memenuhi hak dan kewajiban suami dan istri. Kondisi ini tidak jarang menyebabkan cekcok di antara mereka bahkan untuk hal yang kecil akan menyulut pada amarah yang besar. Yang harus dilakukan adalah saling introspeksi diri. Harus ada yang memulai baik oleh suami atau istri terlebih dahulu. Saling memajukan ego bukanlah solusi terbaik. Cari dan teliti lagi sudahkah kita menjalankan kewajiban yang menjadi hak pasangan kita. Jika kita menuntut pasangan untuk berubah lebih baik, cek dulu sudahkah kita menggunakan cara yang terbaik tanpa meremehkan. Selalu introspeksi diri membuat lebih bijaksana dalam bersikap tidak banyak menuntut pasangan.
3. Berkomunikasi.