Opini

Mengungkap Konspirasi Barat di Balik Narasi Radikalisme

199
×

Mengungkap Konspirasi Barat di Balik Narasi Radikalisme

Sebarkan artikel ini

Oleh Suryani

Pegiat Literasi

Kata toleransi kembali menjadi isu yang diperbincangkan terutama setelah kedatangan Paus, baik oleh para pejabat negara maupun tokoh-tokoh agama. Seolah hal tersebut menjadi sangat penting diketahui oleh semua rakyat di negeri ini. Hingga tidak sedikit berbagai acara digelar untuk memahamkan umat sebagaimana yang dilakukan oleh DPD LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) Kabupaten Bandung.

LDII telah menggelar pendidikan dan pelatihan wawasan kebangsaan dan keagamaan untuk para Dai dan Daiyah di Gedung Serba Guna (GSG) Baitul Manshurin Desa Cinunuk Kecamatan Cileunyi. Ketua DPW LDII Jawa Barat, Dicky Harun mengapresiasi dan mengungkapkan bahwa konsekuensi hidup di negara demokrasi yang mempunyai ragam etnis dan agama, maka harus mampu bertoleransi agar tercipta keharmonisan. Untuk itu peran para penceramah selayaknya hadir untuk menyampaikan materi yang menyejukan serta membawa kedamaian.

Ia menambahkan bahwa diklat ini sengaja digelar tepat di tanggal 11 September untuk mengingatkan tentang tragedi di gedung WTC pada tahun 2001 lalu. Peristiwa yang diduga dilakukan oleh para teroris, diharapkan bisa menjadi pengingat untuk para dai dan daiyah agar tidak radikal. Pelatihan ini dihadiri oleh sekitar 200 peserta. Pada acara tersebut, disampaikan pula materi dari Rumah Moderasi Beragama (UIN) juga Majelis Ulama Indonesia (MUI). (Rri.co. id, 11/9/2024)

Lemahnya pemahaman umat

Dipilihnya tanggal yang sama dengan tragedi WTC dengan maksud agar masyarakat mengingat kembali kasus terorisme, sungguh sangat disayangkan. Karena hal ini menunjukkan betapa rendahnya taraf berpikir umat beserta para ulamanya. Mereka tidak mengenali narasi-narasi yang dibuat oleh para pembenci Islam. Alih-alih mengkritisi atau menumpas habis, mereka justru mengkampanyekan program-programnya.

Terjadinya tragedi WTC Di samping untuk mengukuhkan hegemoni AS di dunia, sebuah pemberitaan menyebutkan bahwa tragedi tersebut dirancang oleh Israel dengan keterlibatan Inggris dan Amerika di bawah perintah keluarga Rothschild dengan tujuan mengkambinghitamkan muslim sebagai teroris. Seminggu setelah peristiwa ini presiden kala itu, George W Bush langsung mencanangkan kampanye melawan teror ke dunia Islam. Sejak itulah banyak negara yang memperketat UU Anti-Terorisme mengikuti arahan barat.

Begitu banyak pemberitaan yang mengungkap fakta yang sebenarnya terjadi, seharusnya membuka pemikiran tokoh-tokoh sekaligus umat secara keseluruhan akan konspirasi musuh dalam menghancurkan Islam. Bukan malah terjebak pada permainan mereka dan mencurigai saudaranya sendiri.

Dampak dari kapitalisme

Semua terjadi karena umat tidak memiliki pemahaman Islam yang sempurna, akibat dari diterapkannya kapitalisme sekuler. Sistem ini menyerukan bahwa agama harus dijauhkan dari kehidupan termasuk dalam berpolitik, dan dianggap hanya untuk mengatur urusan individu dengan Tuhannya dalam bentuk ibadah ritual saja.

Akibatnya, umat hanya memperdalam agama dalam hal-hal yang menyangkut ibadah semata. Maka tidak heran bila pemikiran-pemikiran barat yang digencarkan musuh-musuh Islam dengan mudahnya masuk ke dalam benak kaum muslimin, ditambah tokoh-tokohnya yang lebih cinta dunia hingga tidak segan menerima tawaran-tawaran untuk memuluskan agendanya walau bertentangan dengan akidah. Hingga ketika barat membuat konspirasi dengan menjajakan radikalisme, negeri-negeri muslim menerima dengan senang hati.

Itulah buruknya sistem kapitalisme sekuler yang memang dirancang untuk membungkam dan menjajah kaum muslim. Umat harus segera sadar akan bahaya yang sedang mengintainya, dengan menaikkan taraf berpikirnya yakni dengan memahami Islam secara menyeluruh.

Dibutuhkan kesadaran politik Islam

Islam merupakan sebuah mabda atau ideologi yang darinya terpancar darinya peraturan kehidupan. Di dalamnya terdapat aturan untuk mengatur hubungan dirinya dengan Tuhannya, dirinya sendiri dan sesama manusia. Umat akan mengalami kehidupan yang baik ketika semuanya terlaksana dalam sebuah sistem kehidupan. Allah Swt. berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan (kafah), dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (TQS. al-Baqarah ayat 208)

Ketika Islam diterapkan dalam naungan sebuah kepemimpinan, maka otomatis negara akan menerapkan politiknya. Di dalam negeri akan diterapkan syariat secara kafah yakni pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, hukum dan lain-lain. Hingga keberadaan negara menjadi lebih kuat, mandiri, sejahtera dan harmonis. Masyarakatnya pun mempunyai akidah dan tsaqafah yang sahih. Hingga tidak mudah untuk disusupi atau dipropaganda oleh musuh-musuh yang akan menjajah atau mengadu domba.

Adapun politik luar negeri, dilakukan dengan tujuan untuk menyebarkan risalahnya ke seluruh dunia. Metode yang diterapkan yaitu melalu dakwah dan jihad. Ketika suatu negara telah nyata permusuhannya kepada Islam maka haram untuk diajak bekerja sama dalam hal apapun, misalnya seperti Israel dan para pendukungnya termasuk Amerika serta sekutunya.

Tetapi bagi yang tidak ada permusuhan maka boleh saja bekerja sama baik dalam hal ekonomi, pendidikan atau yang lainnya, sebagai sarana untuk berdakwah kepada negara tersebut. Karena Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam, maka risalahnya harus tersebar dan kemuliannya mesti dirasakan oleh seluruh manusia. Hingga nantinya tidak ada satu rumah pun yang tidak membicarakannya.

Dengan adanya kepemimpinan Islam melalui intitusi negara, lembaga atau tokoh-tokoh agama akan mempunyai pemikiran cemerlang yang terpancar dari akidah dan tsaqafah yang lurus. Mereka bekerjasama dengan pemerintahan yang ada untuk memahamkan umat tentang kemurnian tauhid dan meluruskan pemikiran-pemikirannya. Hingga umat memahami siapa kawan atau lawan.

Walaupun di dalam negara Islam terdapat beragam agama, namun akan tercipta keharmonisan dan sikap toleransi yang tinggi. Karena mereka tetap diberikan keleluasaan untuk beribadah sesuai dengan keyakinannya, serta mendapat hak-hak yang sama sebagai warga negara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *